Kabag Humas Polres Morotai ini menilai, perilaku Tete Ali tersebut hanya sebagai bentuk pertahanan diri dari berbagai perundungan kepadanya.

Kemudian dia dianggap ODGJ dan kadang ditakuti karena kebiasaannya mengejar anak-anak dan suka bermain dengan mereka, juga sering memakai pakaian perempuan, juga suka baronggeng (joged)”di jalan-jalan.

“Padahal aslinya tidak gila, saya awal ketemu Tete Ali waktu Idul Adha itu saya terharu karena didoakan sehat, rezeki lancar, panjang umur biar bisa ketemu lagi oleh beliau.

Meski awalnya saya sama seperti masyarakat Morotai takut pada Tete Ali, karena dia kalau dilihat orang dia lempar deng batu, barang tajam, dusu dan sebagainya,”kenangnya.

Sebulan lalu, konten pertama Tete Ali dan Sibli diupload di Facebook. Konten tanpa persiapan matang, hanya menampilkan obrolan santai.

Namun, ternyata mendapat respon positif. “Tete Ali ini tipe yang tidak memfilter informasi yang masuk, semua yang diterima itu dia percaya mentah-mentah.

Dia tidak bisa membedakan antara bercanda atau tidak makanya, ketika ada yang komentar bilang dia pencuri soma (jaring penangkap ikan) itu langsung dia maki marah.

Baca Halaman Selanjutnya..