MBG: Visi yang Manis tapi Pahit

Oleh: Riski Ikra
(Anggota Forum Insan Cendikia)
Makan Bergizi Gratis (MBG), bisa saja berubah makna, menjadi ”makan banyak gendut untuk predator korporat.”
Makan Bergizi gratis (MBG) adalah visi ambisius dari Presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Di atas kertas, program ini terlihat sebagai langkah strategis dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak usia sekolah dan para lansia yang kerap terpinggirkan dari perhatian negara.
Baca Juga: MBG: Antara Gizi dan Masalah
Dengan harapan besar untuk membentuk Generasi emas 2045, MBG seolah sebagai angin segar yang menjanjikan dapur keluarga tak lagi dihantui kekosongan, dan anak-anak berangkat sekolah tanpa kelaparan.
Namun, seindah apapun visi ditulis dalam dokumen negara, ujungnya selalu bergantung pada bagaimana ia diterjemahkan dalam kenyataan. Apa jadinya ketika cita-cita mulia bangsa dilahirkan dalam semangat tinggi tapi dijalankan dengan tergesa?
ketika negara menjanjikan sarapan bergizi untuk anak-anak Indonesia setiap pagi atau siang, yang menggantung bukan hanya harapan, tetapi juga pertanyaan besar: apakah yang diberikan benar-benar gizi, atau justru menyisakan luka?
Baca Juga: Koran Digital Malut Post Edisi 6 Agustus 2025
Kita tahu, pembangunan bangsa tidak bisa hanya bertumpu pada angka-angka pertumbuhan ekonomi atau cadangan sumber daya alam.
Ia harus bermula dari manusia, dari tubuh-tubuh kecil yang tumbuh di ruang kelas, dari anak-anak yang harinya dimulai dengan perut kosong atau makanan seadanya.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar