(Kritik atas Kebijakan Impor Guru ala Pemda Halmahera Tengah)
Menyoal Kebijakan “Impor” Guru

Logika menuntaskan masalah pendidikan ala pemerintah dengan impor guru ini mirip seperti pasien anemia kronis yang diberi kafein agar tampak segar sejenak. Efeknya mungkin cepat terlihat, tetapi tidak menyembuhkan.
Bahkan bisa memperburuk kondisi karena akar penyebab seperti kekurangan zat besi, pola makan buruk atau masalah penyerapan nutrisi tidak pernah diatasi.
Sama seperti tubuh pasien, sistem pendidikan yang keliru didiagnosa akan terus terpapar risiko kegagalan meski disuntik “tenaga baru”.
Baca Juga: Implementasi Pendidikan Inklusif, Antara Paradigma Humanistik dan Realitas Struktural
Impor Sistem, Bukan Guru
Harus disadari bahwa transformasi pendidikan Fagogoru tidak bisa hanya berfokus pada satu titik intervensi, seperti guru atau murid.
Sebab perubahan di sektor pendidikan akan efektif jika semua elemen sistem pendidikan bergerak bersama. Kebijakan pemerintah, peran universitas, pengembangan kepemimpinan sekolah hingga keterlibatan komunitas lokal.
Dalam konteks ini, kita tidak bisa mengubah realitas pendidikan dengan mengimpor “pahlawan instan”. Tetapi dengan membangun koalisi pembelajaran dalam sistem yang kuat.
Sebagai anak Fagogoru, kami tidak gengsi apalagi malu untuk belajar dari Jawa. Sebab Fagogoru adalah wilayah yang terbuka terhadap transformasi.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar