(Kritik atas Kebijakan Impor Guru ala Pemda Halmahera Tengah)
Menyoal Kebijakan “Impor” Guru

Jangan-jangan, siswa yang tidak kompeten bukan hanya karena gurunya kurang hebat, tapi mungkin karena kurikulum tidak kontekstual, guru tidak pernah difasilitasi untuk berkembang, atau sekolah tidak memiliki budaya profesional. Akibatnya, kebijakan tidak menjawab kebutuhan mendasar.
Pemerintah mungkin tidak sepenuhnya salah dalam membaca gejala, tetapi nampaknya terlalu cepat mengambil kesimpulan kebijakan berdasarkan penampakan luar.
Semacam berada pada situasi surface level policy reaction dimana kebijakan lahir dari tekanan untuk bertindak cepat. Bukan dari dorongan untuk berpikir dalam.
Baca Juga: Pendidikan Mengimplikasikan Konsep Tentang Manusia dan Dunia
Logika pengambilan kebijakan semacam ini disebut sebagai quick fix policy. Dimana para pemangku kebijakan hanya fokus menyelesaikan gejala, bukan sebab.
Akibatnya, yang diselesaikan adalah yang terlihat, bukan yang mendasar. Sehingga meski berniat baik, kebijakan ini nampak menjadi bias dan terkesan reaktif.
Perlu diingat bahwa untuk merubah wajah pendidikan, tidak bisa dipicu hanya dengan menghadirkan guru baru berkualitas. Reformasi pendidikan hanya akan berhasil jika mengubah cara sistem bekerja.
Bukan sekedar siapa yang menjalankannya. Sebab guru-guru luar bisa saja kompeten, tetapi tanpa sistem yang membuat kompetensi itu bisa menyebar dan tumbuh, hasilnya tetap stagnan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar