Kami Tak Pernah Aman

Kekerasan seksual bukan soal nafsu. Bukan karena “kesempatan.” Ini soal kuasa.
Tentang seseorang yang merasa dirinya punya hak atas tubuh orang lain.
Dan yang lebih menyakitkan: ini soal budaya yang diam-diam membiarkannya.
Kita tumbuh dalam masyarakat yang terbiasa menertawakan kekerasan seksual sebagai bahan bercanda.
Dalam budaya yang memperlakukan korban sebagai aib.
Dalam sistem yang terlalu sering menyalahkan mereka yang trauma, dan terlalu jarang mengadili mereka yang menyakiti.
Psikologi tidak hanya bicara soal perasaan, tapi juga tentang sistem yang melukai.
Tentang bagaimana lingkungan sosial bisa memperparah atau menyembuhkan trauma.
Dan sejauh ini, kita terlalu sering memilih memperparahnya.
Saya menulis ini bukan untuk menyudutkan siapa pun. Tapi saya ingin mengajak semua dari kita yang masih punya hati nurani untuk berhenti menyederhanakan kekerasan seksual.
Ini bukan soal lemah atau kuat.
Bukan soal siapa, kapan, dan di mana.
Ini soal kekuasaan yang dibiarkan. Dan dibius oleh budaya diam.
Kalau kita terus menormalisasi candaan pelecehan, menganggap pemerkosaan sebagai peristiwa absurd yang bisa ditertawakan, dan membiarkan korban menanggung malu sendirian, maka angka itu akan terus naik.
Luka itu akan terus menganga.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar