“Balas Pantun” DOB Sofifi

Maka menjadikan wilayah ini sebagai DOB tanpa melalui proses dialog kultural yang dalam dan matang akan berisiko memicu resistensi dan penghilangan identitas lokal.
Budayawan dan sejarawan seperti Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya (1996) menekankan bahwa “kekuasaan yang memutus akar budayanya sendiri hanya akan menghasilkan kekeringan politik dan konflik yang terselubung”.
Baca Juga: Pudarnya Pesona Halmahera
Penulis beranggapan bahwa apa gunanya pemekaran jika rakyat merasa tercerabut dari nilai-nilai sejarahnya sendiri.
Sebagai anak muda saya memandang DOB Sofifi bukan sebagai jawaban, melainkan sebagai pengalihan isu dari gagalnya perencanaan pembangunan terpusat.
Jika pemerintah benar-benar ingin mengangkat derajat Sofifi sebagai pusat pemerintahan, maka pembenahan sistemik jauh lebih urgen ketimbang pemekaran.
Baca Juga: Problematik Pembentukan DOB Sofifi
Seharusnya perluasan akses pendidikan, penguatan identitas lokal, serta investasi infrastruktur dasar harus menjadi prioritas utama.
Pemekaran seharusnya menjadi hasil dari pembangunan yang mulai maju dan siap dari segi apapun, bukan alat untuk membenarkan ketidakmampuan membangun.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar