Resiliensi: Kekuatan yang Tumbuh Dibalik Derita

Hidup yang terlalu nyaman bisa membuat seseorang mudah rapuh Ketika dihadapkan dengan kenyataan keras kehidupan.
Tekanan, kesulitan, bahkan kegagalan, sejatinya adalah “angin kehidupan” yang membentuk keteguhan batin, ia melatih jiwa untuk melentur tanpa patah, dan mendorong seseorang memperkuat “akar” berupa nilai, keyakinan dan makna hidup yang dalam.
Kisah hidup viktor frankl yang dia tuangkan dalam bukunya “Man’s Search for Meaning”. Frankl, yang seorang psikiater sekaligus penyintas kamp tahanan konsentrasi Nazi, menyaksikan secara langsung bagaimana manusia kehilangan segalanya, keluarga, kebebasan, bahkan harapan hidup.
Dalam kondisi yang paling tidak manusiawi, di Tengah kelaparan, kekejaman, dan kematian yang mengintai setiap hari, frankl menemukan bahwa bukan penderitaan itu sendiri yang menghancurkan manusia tapi ketiadaan makna dibalik penderitaan itu.
Justru mereka yang mampu menemukan alasan untuk tetap hidup, entah itu Kembali bertemu dengan keluarganya, atau keyakinan spiritual yang dalam, cenderung lebih mampu bertahan secara psikologis dibanding mereka yang menyerah dalam keputusasaan.
Gagasan bahwa kesulitan bukanlah musuh melainkan proses pembentukan jiwa. sebagaimana ungkapan dalam pepatah arab: yang artinya “betapa banyak sesuatu yang tampak merugikan atau menyakitkan, ternyata membawa manfaat kebaikan”.
Pribahasa ini sangat relatable dengan perkataan Imam Al-ghazali” seorang imam dan sufi besar abad ke-11: yang artinya “Tuhan tidak akan mematahkan hati seseorang kecuali untuk memperkuatnya”.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar