Menakar DOB Sofifi dari Urgensi Sampai ke Aspek Bahasa

Rudi S. Tawari

Sofifi dalam status sebagai bagian dari wilayah Tidore, apabila percepatan pembangunannya berhasil dilakukan maka argumentasi DOB bisa patah dengan sendirinya karena premis yang digunakan adalah percepatan pembangunan.

Pada titik ini, Pemerintah dan Kesultanan Tidore atau siapapun yang menolak DOB Sofifi berhak curiga karena pasti ada penyelundupan kepentingan lain jika DOB kukuh diupayakan.

Pertanyaan lainnya adalah, bila Sofifi berhasil menjadi DOB, apakah Sofifi dapat berkembang secara pesat? Apakah kepesatan itu tidak sebanding dengan kepesetan bila Sofifi masih tetap menjadi wilayah Tidore?

Bagaimana jika Sofifi menjadi DOB dan tetap berada dalam konfigurasi perkembangan yang sama seperti saat ini? Bila ini terjadi, maka proposisi yang bisa diajukan adalah percepatan pembangunan bukan soal pemekaran DOB tetapi soal kepekaan dan kemauan, terutama para pemimpin daerah ini.

Jika titik tumpunya ada pada kepekaan dan kemauan maka urusan administratif wilayah bukan hal yang substansial. Artinya, DOB atau tidak, Sofifi tetap dapat berkembang jika ada kemauan untuk dikembangkan. Bisa jadi DOB menjadi arena saling sikut yang baru dan mengabaikan pembangunan struktural yang dibayangkan.

Pemerintah Provinsi perlu secara terbuka menampilkan desain atau skema bahwa DOB Sofifi menjadi jalan percepatan pembangunan Sofifi sehingga upaya pembentukan itu tidak dicurigai, terutama dari pihak yang kontra.

Desain itu harus mampu menampilkan kelebihan dan kekurangan Sofifi dalam kerangka sebagai DOB dan sebagai wilayah Tidore sehingga terbaca dengan jelas.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7

Komentar

Loading...