Menakar DOB Sofifi dari Urgensi Sampai ke Aspek Bahasa

Rudi S. Tawari

Perang aksi dan narasi tidak bisa terhindarkan. Ruang fisik dan maya terasa sumpek dan gaduh karena prasangka berserakan di mana-mana. Semuanya merasa benar dengan argumentasinya masing-masing. Entah kapan selesainya.

Kalau diperkecil, kegaduhan ini sebenarnya terjadi karena perang aksi dan narasi antara sesama Tidore, yakni orang Tidore yang ada di pulau Tidore (menolak DOB) dan Orang Tidore yang ada di Sofifi (mendukung DOB).

Baca Juga: Presidium Rakyat Tidore Geruduk Kantor Gubernur Maluku Utara, Tolak DOB Sofifi dan Tuntut Penjelasan Gubernur Sherly

Semoga gesekan ini melahirkan ruang konsensus yang adil di antara pihak dan yang paling penting adalah untuk pembangunan Maluku Utara.

Urgensi DOB (?)

Pada pihak yang menolak DOB, narasi sejarah adalah anak bedil yang ditembakkan ke berbagai penjuru yang dianggap mengancam.

Tidore dengan segala memori sejarahnya, menganggap pelepasan Sofifi sebagai DOB yang terpisah dari Kota Tidore Kepulauan adalah bentuk perampasan dan tidak menghargai harga diri leluhur mereka.

Tidore dipandang memiliki kontribusi besar terhadap negara ini tetapi dalam perkembangannya merasa dipunggungi.

Upaya pelepasan Sofifi sebagai salah satu DOB adalah maujud mutakhir dari pemunggungan itu. Di tingkat daerah, Pemerintah Provinsi menjadi objek tuduhan itu. Hal ini ditandai dengan aksi yang digelar di Kantor Gubernur.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7

Komentar

Loading...