Catatan
Bangun Sofifi

Alih-alih membangun kota yang padat, Sofifi dapat diarahkan menjadi kota hijau yang memadukan arsitektur lokal, sistem transportasi ramah lingkungan, serta ruang publik berbasis budaya masyarakat pesisir dan agraris.
Ide ini senada dengan gagasan pembangunan berwawasan ekologis yang dikemukakan oleh Capra (2002: 136) dalam The Hidden Connections.
Namun demikian, pembangunan Sofifi juga menghadapi tantangan tata kelola yang kompleks. Hingga kini, banyak kantor pemerintahan provinsi yang hanya beroperasi secara simbolik di Sofifi.
Baca Juga: “City Manager”, Model Pendekatan Menejemen Kota Sofifi Pra “DOB”
Sedangkan aktivitas nyata masih terpusat di Ternate, misal Musrembang RPJMD Provinsi Maluku Utara, masih dipusatkan di Bela Hotel & Convention, yang notabene dimiliki Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda.
Dualisme pusat aktivitas ini menciptakan kebingungan administratif dan melemahkan fungsi koordinatif pemerintahan. Sebagaimana pernah dicatat, "Sofifi merupakan ibukota tanpa denyut", merujuk pada lemahnya peran birokrasi dan minimnya mobilisasi sumber daya manusia di sana.
Pembangunan Sofifi memerlukan kepemimpinan yang berani mengambil langkah afirmatif dan strategis. Harus ada kebijakan tegas yang mendorong seluruh perangkat pemerintahan benar-benar berkantor dan tinggal di Sofifi.
Pembangunan perumahan ASN, pusat pendidikan, dan fasilitas publik seperti rumah sakit serta pasar modern menjadi kebutuhan mendesak yang perlu digerakkan secara berani dan tegas.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar