Catatan
Bangun Sofifi

Hal ini memperkuat beberapa temuan yang menyatakan, ketimpangan aksesibilitas di wilayah kepulauan memperlambat pertumbuhan pusat-pusat administratif baru.
Lebih jauh, infrastruktur pelayanan dasar seperti air bersih, sanitasi, perumahan, dan listrik masih belum merata, di mana kurang lebih 60% warga Sofifi menyatakan belum mendapatkan akses air bersih setiap hari.
Situasi ini menunjukkan bahwa pembangunan Sofifi tidak bisa dilepaskan dari persoalan dasar yang bersifat struktural dan perlu ditangani melalui pendekatan lintas sektor dan lintas wilayah.
Baca Juga: Pentingkah Pemekaran Kota Sofifi
Meski demikian, Sofifi menyimpan potensi besar sebagai pusat pemerintahan yang dapat mewakili identitas wilayah kepulauan.
Sebagai representasi masyarakat Halmahera dan Maluku Utara secara luas, Sofifi dapat dikembangkan menjadi kota yang merefleksikan budaya lokal, kearifan tradisional, serta menjadi pusat inovasi dalam tata kelola wilayah kepulauan.
Dalam pandangan Arturo Escobar (1995), pembangunan yang berbasis pada identitas lokal dan pemaknaan ruang dapat melahirkan model pembangunan alternatif yang berkelanjutan.
Misalnya, konsep green city yang berbasis ekologi laut dan hutan tropis dapat diterapkan di Sofifi. Kawasan ini memiliki hutan mangrove, sungai, dan pantai yang masih asri.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar