Meneguhkan Identitas Halmahera Timur di Tengah Arus Globalisasi

Dalam kesepakatan itu, bagian timur Halmahera menjadi milik Tidore yang membawahi Maba, Patani, dan Weda tiga wilayah adat yang dikenal dengan sebutan Fagogoru.
Namun, kejayaan masa lalu tidak serta merta menjamin kemajuan masa kini. Kini, Halmahera Timur berada di tengah pusaran arus modernisasi dan globalisasi yang sering kali justru menjadi bumerang.
Kekayaan budaya, spiritualitas, dan nilai-nilai lokal mulai tergantikan oleh gaya hidup instan, budaya konsumtif, serta ketergantungan pada produk dan gagasan dari luar.
Baca Juga: Bumi Fagogoru
Menurut Ayatollah Ali Khamenei, saat ini kita sedang berada di medan perang budaya. Perang yang tidak menggunakan senjata, tetapi ide dan gaya hidup.
Ini adalah bentuk baru dari kolonialisme disebut “new colonialism” yang tidak menaklukkan secara fisik, melainkan secara mental dan kultural. Kolonialisme hari ini menyusup lewat media, teknologi, gaya hidup, dan bahkan pendidikan.
Tujuannya jelas: mereduksi identitas lokal dan menggantinya dengan cara pandang yang menjauhkan manusia dari akar budaya dan nilai hidupnya.
Edward Said, dalam karyanya Orientalism, menunjukkan bagaimana dunia Barat secara sistematis membentuk persepsi tentang dunia Timur (termasuk Indonesia) sebagai “yang lain” yang terbelakang dan perlu diselamatkan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar