“Drama Kota, Jilid Dua”

Di penghujung roda pemerintahan kerenggangan mereka tanpa kepastian kawan politik Situasi serupa pun nampaknya memori lama diputar ulang. Nasri Abubakar memang belum benar-benar sigap frontal samahalnya Jasri Usman.
Akan tetapi pola-pola pengabaian, pembatasan ruang strategis, dan dominasi kekuasan oleh orang dekat Wali Kota mulai terlihat jelas secara kasat mata.
Belum lagi ketika Sekda, seorang pejabat administratif kota Ternate,justru acap kali menjadi penggerak utama dalam forum strategis, ini bertanda menggeser peranan aktif Wakil Wali Kota yang notabene ialah pimpinan politik pemerintahan dengan mandat elektoral.
Politik Internal dan Haus kekuasaan
Hadirnya Rizal Marsaoly sebagai kepentingan saat rapat-rapat penting Pemerintah Kota Ternate bukan tanpa makna belaka, Rizal juga bukan sekadar Sekda.
Ia adalah sosok kuat yang memiliki kedekatan politik dan birokrasi dengan Tauhid Soleman walaupun ia juga ada dugaan sejumlah kasus korupsi tersebut.
Lain sisi Dalam situasi kekuasaan kota, adanya rizal sebagai aktor rapat pembahasan PAD(Pendapatan Asli Daerah) kita memaknai sebagai pengejawantahan dari kabinet bayangan, meski demikian Sekda terlihat justru bagian dari manajer pertama pemerintahan, menggantikan fungsi kontrol dan kordinasi Wakil Wali Kota.
Ini sudah barang tentu tidak akan sehat bugar bagi demokrasi lokal kekenian Sebab kenapa, jabatan Wakil Wali Kota ia bukan saja sebagai pelengkap administratif.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar