Empat Tahun Bersama Pak Ridha, Banyak Jejak Bergurat

UKT mahasiswa daerah.
Dalam berbagai pembicaraan atau pertemuan yang saya saksikan, Pak Ridha tidak hanya menekankan soal bantuan penambahan gedung saja. Dalam kerja sama dengan pemerintah daerah (kabupaten/kota) di Maluku Utara, Pak Ridha selalu menekankan agar mahasiswa dari kabupaten/kota bersangkutan diperhatikan pemerintah daerah. Terutama mengenai pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT). Ini juga yang menjadi pendorong utama, selain pembangunan kampus.
Keluarga tetap prioritas.
Dalam hal keluarga, saya mengamati Pak Ridha adalah seorang yang begitu peduli dengan prioritas yang tak kalah tingginya dengan urusan kantor sebagai rektor Unkhair.
Saya bisa sampaikan dengan jelas di sini, sesuai kesaksian saya sendiri, Pak Ridha selalu mengantar istrinya ke sekolah tempatnya bekerja setiap pagi. Padahal, bisa saja beliau memerintahkan saya untuk melakukan itu. Dan pasti dengan kerelaan penuh akan saya patuhi.
Konsistensi beliau kepada keluarganya, terutama kepada istrinya tercinta, betapa ini perlu menjadi teladan dalam berkeluarga. Pengalaman ini memperlihatkan saya betapa Pak Ridha adalah seorang kepala keluarga yang sangat tulus dalam menjaga keharmonisan keluarga.
Berjiwa sosial tinggi.
Perbuatan dan tindakan Pak Ridha tidak hanya baik di lingkungan keluarganya. Di lingkungan masyarakat di mana Pak Ridha tinggal, Gambesi, beliau dikenal baik pula. Bagi masyarakat, beliau dipandang sebagai seseorang dengan jiwa sosial yang sangat tinggi.
Sebagai seorang yang tinggal satu kelurahan dengan Pak Ridha di Gambesi, tentu tidak sulit bagi saya untuk mendengar bagaimana orang-orang berkata tentangnya. Tentu semua orang punya kekurangan. Tapi sejauh saya dengar tentang Pak Ridha dari orang-orang ini, semuanya positif. “Pak Ridha orangnya sangat baik,” katanya.
Ikhlas bekerja.
Dalm hal tugas, tentu saya lebih banyak bersama satu mobil dengan Pak Ridha. Sebagai pimpinan saya tentunya.
Di dalam mobil selama berbagai perjalanan, ada perbincangan yang santai, dan ada pula yang serius. Saya berani menjamin, bahwa dalam urusan tertentu, saya lebih mengenal Pak Ridha dari pada kebanyakan orang lainnya. Termasuk yang saya katakan (tuliskan, tepatnya) di sini, adalah bagian dari beliau yang saya sangat kenal sekali.
Di antara banyak perbincangan, ada satu momen percakapan yang lebih tepat saya sebut sebagai nasihat. Kala itu kami dalam perjalanan dari kampus Akehuda menuju Gambesi. Suasananya santai kala itu.
Beliau berujar dalam bahasa melayu sehari-hari kita, “Man, ke depan, kalau ngana jadi pemimpin, itu kerja harus ikhlas. Kalo torang ikhlas karja, Insya Allah hal yang susah jadi mudah, yang barat jadi ringan.”
Mendengar itu, saya terdiam cukup lama setelahnya. Bagi saya, ini nasihat yang sangat dalam, yang dengan ikhlas beliau ajarkan kepada saya. Saya camkan kata-kata beliau barusan sedalam-dalam benak. Hingga kini, nasihat itu terus saya usahakan praktikkan. Begitu juga ke depan nantinya.
Mungkin belum berhasil sepenuhnya, tetapi setidaknya saya pernah menerima itu dari orang yang tidak saja saya anggap sebagai pimpinan. Lebih dari itu, Pak Ridha sudah saya anggap sebagai orang tua sendiri (untuk bagian ini, beliau tak harus menjadi rektor.
Komentar