Antara Kehancuran Tubuh dan Kesadaran Etis Global

Filsafat Perang Modern

Syahyunan Pora

Sementara dalam budaya Israel, konsep "memori kolektif" dari Holocaust masih membentuk persepsi eksistensial tentang perlindungan tubuh-tubuh Yahudi dari kehancuran.

Disinilah pertemuan budaya dan filsafat tubuh menjadi kompleks: sebab perang bukan lagi hanya antara dua negara, tetapi antar narasi kultural tentang bagaimana tubuh diposisikan antara kematian dan kehormatan, antara nasionalisme dan transendensi.

Dalam ketegangan antara israel dan Iran dalam beberapa pekan mendatang dikhawatirkan berdampak secara global dan menimbulkan eskalasi perang besar yang akan melibatkan transformasi pada tubuh manusia secara harfiah maupun metaforis.

Teknologi yang seharusnya membebaskan manusia dari penderitaan justru menjadi alat utama penghancur tubuh. Perang di Era modern ini tidak lagi nyata bagi pelaku jarak jauh, hanya deretan data, tombol, dan ledakan tanpa wajah.

Tubuh manusia yang terbakar oleh senjata nuklir tidak muncul di media; yang terlihat hanya narasi-narasi kemenangan atau kekalahan yang direkayasa.

Filsuf Michel Foucault menyatakan bahwa tubuh manusia adalah situs kekuasaan, tubuh dikendalikan, diawasi, dan dijadikan sasaran regulasi oleh negara modern. Dalam perang, tubuh bukan lagi sekadar korban, tetapi juga alat, objek, dan bahkan sasaran simbolik.

Perang modern menunjukkan bagaimana tubuh manusia telah hilang kesakralannya. Jika perang konvensional menyisakan waktu bagi tubuh untuk merespons, maka perang nuklir adalah penghancuran seketika, tanpa kesempatan untuk mempertahankan eksistensi biologis.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...