Bonus Demografi Terancam: Saat Generasi Muda Terlantar

Ridwan Prayogi

Mereka berisiko menjadi bagian dari lost generation generasi yang terputus dari pembangunan ekonomi dan sosial. Studi OECD (2023) menunjukkan bahwa kelompok NEET lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental, keterasingan sosial, dan stagnasi keterampilan, terutama di era digital yang sangat kompetitif.

Bonus Demografi Bisa Menjadi Beban Demografi

Indonesia sedang menikmati puncak bonus demografi, dengan proporsi penduduk usia produktif yang lebih besar dibanding usia non-produktif. Namun, bonus ini tidak otomatis menjadi berkah.

Tanpa kualitas SDM yang mumpuni dan lapangan kerja yang memadai, bonus ini justru berisiko menjadi beban struktural: jumlah penduduk usia produktif yang tinggi, tapi tidak produktif. Untuk benar-benar menuai manfaat dari bonus demografi, Indonesia perlu memenuhi sejumlah prasyarat penting.

Pertama, kualitas pendidikan dan keterampilan generasi muda harus ditingkatkan agar mereka mampu bersaing di pasar kerja global yang makin kompetitif. Ini bukan hanya soal gelar, tetapi tentang kemampuan berpikir kritis, beradaptasi, dan menguasai teknologi.

Kedua, penciptaan lapangan kerja yang relevan dengan kemampuan dan minat pemuda menjadi mutlak. Tanpa itu, akan terus terjadi ketimpangan antara apa yang dipelajari dan apa yang dibutuhkan industri sebuah kesenjangan yang menghambat produktivitas nasional.

Ketiga, partisipasi perempuan dalam dunia kerja perlu diperluas. Masih banyak perempuan usia produktif yang belum memiliki akses setara terhadap kesempatan ekonomi.

Meningkatkan keterlibatan mereka tidak hanya memperkuat ketahanan ekonomi keluarga, tetapi juga memperluas basis produktivitas bangsa.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5

Komentar

Loading...