Bonus Demografi Terancam: Saat Generasi Muda Terlantar

Ridwan Prayogi

Pada Februari 2025, TPT tertinggi masih berasal dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yakni sebesar 8,00 persen—angka yang ironis mengingat SMK dirancang untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja.

Fakta ini mencerminkan adanya kesenjangan antara apa yang diajarkan di bangku sekolah dengan kebutuhan riil di dunia kerja.

Kurikulum yang belum responsif terhadap kebutuhan industri, minimnya akses magang, serta terbatasnya bimbingan karier menjadikan pemuda seperti menyeberangi jurang tanpa jembatan.

Program-program seperti Link and Match, Kampus Merdeka, hingga Kartu Prakerja memang dirancang untuk menjawab tantangan ini, namun implementasinya masih belum menyentuh akar persoalan secara merata.

Fenomena NEET: Ancaman yang Lebih dalam

Lebih dari sekadar pengangguran, terdapat kelompok pemuda yang masuk kategori NEET (Not in Education, Employment, or Training). Mereka tidak bekerja, tidak bersekolah, dan tidak mengikuti pelatihan.

Menurut data BPS, pada 2024, proporsi NEET di Indonesia mencapai 20,31 persen. Artinya, satu dari lima pemuda terputus dari seluruh jalur mobilitas sosial.

NEET adalah sinyal bahaya: mereka tidak hanya menganggur, tetapi juga kehilangan peluang untuk membangun keterampilan, produktivitas, dan masa depan.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5

Komentar

Loading...