Menggugah Kesadaran Bersama di Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025
Kecemasan Ekologi: Polusi Sampah dan Perubahan Iklim

Fenomena booming sampah plastik telah menjadi momok yang menakutkan di setiap belahan bumi. Plastik adalah bahan sintetis yang terbuat dari polimer, sebagian besar berasal dari produk sampingan minyak bumi, dan dikenal karena kekuatannya, fleksibilitasnya, serta ketahanannya terhadap degradasi.
Sifat inilah yang membuat plastik sangat berguna, namun juga menciptakan masalah besar karena plastik tidak mudah terurai. Dibutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun agar plastik terurai secara alami di lingkungan, sehingga menumpuk di lahan dan lautan.
Di Propinsi Maluku Utara, berdasarkan sebuah hasil penelitian yang diterbitkan Journal of Biological Sciences pada Desember 2021, menunjukkan bahwa ikan-ikan karang di kepulauan Maluku Utara khususnya di Ternate yang menjadi lokasi penelitian, telah terkontaminasi mikroplastik.
Hasil pengujian menunjukkan 183 dari 220 ekor ikan tercemar mikroplastik.. Kandungan mikroplastik ini berupa 47,81 persen fragmen, 38,22 persen film, 2,69 persen foam, 2,36 persen fiber, 7,41 persen line, dan 1,52 persen pellet.
Riset Tim Ekspedisi Sungai Nusantara di Maluku Utara pada akhir 2022 lalu, menemukan perairan daerah ini telah terkontaminasi mikroplastik. Sampah yang masuk ke laut tidak hanya mengotori keindahan pantai tapi mengancam kelancaran transportasi laut antarpulau di Maluku Utara.
Kontribusi Sampah terhadap Perubahan Iklim
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2050 jumlah sampah secara global diperkirakan akan mencapai 3,4 miliar ton.
Sampah sebanyak itu akan menghasilkan Gas Rumah Kaca berbahaya (GRK) yang berkontribusi pada terjadinya perubahan iklim.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar