‘Gubernur Cena’

Sebagai kepala daerah, hal yang sama juga ia praktikkan. Aktif bermedia sosial. Bahkan caranya ini, diikuti oleh beberapa kepala OPD-nya. Memang ada banyak hal yang positif disitu. Namun disisi yang lain terkesan lebay.
Realitas inilah yang kemudian saya menyebut gubernur cena. Kata cena yang saya gunakan adalah untuk menggambarkan aspek kelokalan. Secara etimologi, kata cena merupakan pengadopsian dari Bahasa Portugis yang artinya ‘adegan’.
Selanjutnya artikulasi ini berkembang di tengah masyarakat kita dengan berbagai konotasi yang merujuk pada sikap orang yang berlebihan perihal tingkah laku, gaya bicara, ataupun penampilan.
Lebih populer lagi, mari kita amati sepak terjang gubernur cantik di pulau seberang. Apakah dia sedang mengonstruksi realitas media atau tidak?
Konstruksi Realitas Media
Pemilihan konstruksi realitas media ini sejatinya saya meminjam istilah konstruksi realitas sosial yang dikenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya The Social Construction of Reality : A Treatise in the Sociology of Knowledge (1966) yang memiliki akar dari fenomenologi dan interaksi simbolik.
Menurut Berger dan Luckman, terdapat tiga bentuk realitas sosial yakni;
1). Realitas Sosial Eksternalisasi, adalah suatu kompleksitas definisi realitas (termasuk ideologi dan keyakinan) gejala-gejala sosial, seperti tindakan dan tingkah laku yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sering dihadapi oleh individu sebagai fakta;
2). Realitas Sosial Objektifikasi, adalah ekspresi bentuk-bentuk simbolik dari realitas objektif, yang umumnya diketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni, fiksi serta berita-berita di media; dan
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar