Kemiskinan yang Terstruktur di Kota Ternate

Ternyata kemiskinan yang secara struktural tersebut disebabkan karena masih adanya keterbatasan lapangan pekerjaan seperti banyak penduduk yang bekerja di sektor informal (seperti nelayan tradisional, pedagang kecil, buruh harian), dan peluang kerja formal dan industri masih terbatas, sehingga banyak lulusan muda menganggur atau bekerja di bawah upah minimum.
Selain itu, rendahnya kualitas pendidikan dan keterampilan. Maksudnya ialah meskipun sekolah tersedia, akses ke pendidikan tinggi dan pelatihan vokasi masih terbatas sehingga banyak generasi muda tidak memiliki keterampilan kerja yang dibutuhkan oleh dunia kerja modern (misalnya teknologi, manajemen, atau digital skill).
Selanjutnya, permukiman kumuh dan urbanisasi. Maksudnya ialah munculnya permukiman padat dan tidak layak di pesisir kota atau pinggiran akibat urbanisasi dan penduduk dari pulau-pulau sekitar pindah ke kota berharap kehidupan lebih baik, tetapi tidak semua bisa langsung bekerja atau memiliki tempat tinggal layak.
Ditambah lagi Ternate saat ini masih sangat bergantung pada hasil laut dan sektor primer lainnya, sehingga ketika musim tidak menduduk atau harga komuditas turun, pendapat masyarakat menjadi tidak stabil.
Selain itu, ada juga masalah ketimpangan ekonomi, dimana ada jurang besar antara masyarakat menengah atas dan masyarakat miskin serta pembangunan yang sepenuhnya belum merata dan lebih berfokus di pusat kota atau wilayah pemerintahan. Dan yang terakhir terkait potensi bencana alam.
Maksudnya ialah letak Kota Ternate yang sangat geografis dekat dengan gunung Gamala dan berada di zona rawan gempa membuat penduduk rentan kehilangan tempat tinggal dan penghasilan saat terjadi bencana sehingga menyebabka pemulihan kadang lambat, menyebabkan kemiskinan berkepanjangan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar