Memahami Realitas Kurban dan Semangat Berkurban

Sebagai aktualisasi semangat berkurban yang diajarkan agama, setiap muslim perlu memupuk jiwa pengorbanan untuk kemuliaan hidup. Sejarah mencatat pengorbanan tak dapat dipisahkan dari perjuangan hidup orang-orang besar dan bangsa-bangsa di dunia.

Dalam khazanah sastra dikenal ungkapan; tiada keberhasilan tanpa pengorbanan, berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.

Pengorbanan di jalan Allah dan berkorban karena Allah adalah suatu kemuliaan. Tetapi mengorbankan orang lain untuk kepentingan diri dan kelompok sendiri adalah kejahatan.

Di tengah arus materialisme, individualisme dan hedonisme yang melanda dunia, umat Islam dan semua umat beragama perlu menghidupkan idealisme dan semangat pengorbanan sampai akhir zaman. Semangat pengorbanan mendorong kebiasaan baik, seperti memberi, berbagi dan peduli sesama.

Jika ditelaah lebih jauh syariat qurban mengajarkan banyak hikmah untuk kemajuan umat. Salah satu contoh konkrit, permintaan hewan kurban setiap tahun membangkitkan kesadaran umat untuk mengembangkan industri peternakan halal dan mewujudkan swasembada ternak milik rakyat.

Saya pernah membaca pendapat pegiat filantropi Erie Sudewo yang mengaitkan kurban dengan upaya menghasilkan “kedaulatan ternak” di negara kita. Usaha ternak hewan kurban tentu saja harus dilakukan secara amanah, profesional dan tanggung jawab yang besar.

Selain itu, daging kurban haruslah terdistribusi terutama kepada warga kurang mampu, anak yatim dan sebagian dinikmati oleh pequrban. Kurban membawa hikmah untuk perbaikan gizi dan kualitas konsumsi masyarakat. Daging kurban tidak boleh diperjual-belikan dengan alasan apapun.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...