Antara Panggung Monolog dan Dialog Demokratis
Framing Medsos Kepala Daerah

Dalam konteks media sosial kepala daerah, framing menjadi alat untuk menyampaikan narasi politik sekaligus membentuk citra kepemimpinan. Pilihan gambar, narasi teks, siapa yang diberi ruang bicara, dan bagaimana sebuah peristiwa dikemas, semuanya menentukan makna yang diterima publik.
Sherly: Figur Sentral dalam Monolog Visual
Konten media sosial Gubernur Maluku Utara menunjukkan kecenderungan framing yang menonjolkan figur gubernur sebagai pusat perhatian. Dalam setiap unggahan, Sherly tampil dominan baik dalam bentuk video, foto, maupun teks narasi.
Masyarakat dalam konten tersebut umumnya tampil sebagai latar, penerima bantuan, atau simbol legitimasi dukungan. Begitupun di internal pemerintahan. Beberapa peristiwa rapat tidak terdengar suara pimpinan OPD yang hadir. Bahkan Wakil Gubernur sekalipun jarang ditampilkan. Jika ada itu hanya sekadar menjadi latar.
Model komunikasi ini bersifat satu arah (one-way communication), di mana pesan ditransmisikan dari pemimpin ke publik tanpa membuka ruang umpan balik yang berarti.
Karakter ini lebih menyerupai "komunikasi propaganda" ketimbang "komunikasi partisipatif". Akibatnya, masyarakat tidak mendapatkan gambaran utuh tentang masalah yang dihadapi, melainkan hanya melihat upaya pemerintah atau Gubernur sebagai tindakan yang sudah final dan tidak perlu diperdebatkan.
Pendekatan ini berisiko memperkuat kultus individu (personality cult), di mana keberhasilan pemerintahan diidentikkan sepenuhnya pada sosok pemimpin. Padahal, dalam sistem demokrasi, keberhasilan sejati adalah hasil kerja kolektif dan partisipasi aktif warga negara.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar