Tinjauan Sosiologis, antara Harapan dan Kenyataan
Maluku Utara dan Pelangi Kepemimpinan

Adalah anomali di usia semur jagung kepemimpinannya itu kita mengharap sebuah keajaiban dan keberhasilan. Bukankan masa dua bulan sampai enam bulan kedepan adalah ruang untuk konsolidasi Gubernur dalam membuat pranata dan sistem yang lebih baik guna mengantisipasi perkembangan pemerintahan kedepan.
Dimensi kebijakan masih pada tataran pengenalan lingkungan kerja, khususnya lingkup birokrasi maupun rumusan kebijakan yang inheren dengan cita-cita kepemimpinannya.
Namun pada sisi lain jika kita menerawang realitas publik hari ini, kritik warga masyarakat di media sosial setiap saat mewarnai dunia maya menyoroti kebijakan Gubernur Sherly Tjoanda.
Pada tataran ini jika memposisikan antara obyek dan subjek yang diperdebatkan, maka hendaknya kritik itu dimaknai sebagai dimensi partisipatif masyarakat untuk kemajuan Maluku Utara.
Sehingga para buzzer dan netizen tidak perlu berbalas pantun yang nantinya semakin memperkeruh suasana kedamaian sosial yang sudah terpelihara.
Semua tentu berharap Gubernur Sherly memiliki kekuatan ekstra dan daya tangkal yang kuat untuk hadapi gempuran kritik tersebut, dan lain sisi hendaknya dapat menjadikan kritik itu sebagai potensi energi positif dalam alam demokrasi.
Akhirnya penulis berpandangan, bahwa kepemimpinan itu hanya akan mendapat evaluasi serta apresiasi pada waktu yang tepat, seiring siklus kebijakan tahunan pemerintahan.
Public belum bisa berharap banyak dengan kepemimpinan seumur jagung. Berkaca pada kepemimpinan sebelumnya tentu ada plus minusnya.
Bagaimana Sofifi hari ini ? itulah fakta 25 Tahun kepemimpinan sebelumnya. Bersabar dan berdoa agar ada jalan terbaik kedepan.
Semoga kedepan dibawah kepemimpinan Gubernur Sherly Tjoanda dapat mengangkat derajat kehidupan masyarakat Maluku Utara. Wallahu a’lam. (*)
Nama Pena dari Edi Langkara, Tokoh Masyarakat / Politisi
Komentar