Tinjauan Sosiologis, antara Harapan dan Kenyataan

Maluku Utara dan Pelangi Kepemimpinan

Kedua tokoh itu sejatinya sebagai entitas yang menyambungkan lintas sejarah antar generasi terdahulu dengan generasi masa kini.

Mereka tampil dengan gaya yang berbeda, H. Thaib Armaiyn dengan gaya teknokratnya karena memulai debut kariernya di dunia birokrasi, sementara KH. Abdul Gani Kasuba tampil begitu apik sebagai kiayi.

Sosok guru yang dihormati karena membangun karier sebagai dai (Ustat) guru agama Islam. Semua menjadi kenangan, romantika kepemimpinannya menjadi catatan sejarah yang tak terlupakan.

Namun di balik itu semua ada ironi yang sangat menyayat rasa kemanusiaan, di akhir masa kepemimpinan keduanya mengalami nasib yang relatif sama, terpaan badai politik dan hukum begitu berat adanya.

Mereka mengakhiri tugas sebagai gubernur dengan suasana yang kurang menyenangkan kita semuanya.KH. Abdul Gani Kasuba telah mendahului kita menghadap Allah Rabbul Jalil. (Allahummaghfir lahu warhamhu wa aafihi wa afu anhu), dan H. Thaib Armaiyn kita sama doakan semoga menjadi guru bangsa didaerah bagi kita sebagai generasi penerus.

Realitas Sofifi Hari ini

Pada fase ini penulis berpandangan bahwa kebanggan pujian, mengagungkan, bahkan saling menghujat antara sesama tim pendukung pada saatnya akan berakhir seiring berakhirnya masa tugas tokoh yang kita banggakan.

Sebuah dialektika yang terkadang tidak sesuai realitas sosial. Memuji pemimpin, bahkan mengagungkan tentu harus sejalan dengan karya nyata. Seberapa besar karya - karya spektakuler yang telah ditorehkannya.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6

Komentar

Loading...