Oleh: Asmar Hi Daud
(Akademisi)
Dari Simpati ke Legitimasi Politik
Kemenangan Sherly Laos dalam pemilihan Gubernur Maluku Utara bukanlah sekadar momen politik biasa. Ia menandai transformasi penting dalam lanskap komunikasi politik lokal perpindahan dari narasi rasional ke dalam ikatan emosional publik.
Simpati masyarakat atas kepergian mendiang suaminya, yang sebelumnya adalah calon gubernur, menjadi energi sosial yang mengantarkan Sherly ke tampuk kekuasaan.
Namun, kemenangan berbasis emosi tidak bisa menjadi bekal tunggal. Tugas sejati dimulai justru setelah pesta demokrasi usai: mengubah sentimen menjadi substansi, mengubah harapan menjadi arah kebijakan yang terukur.
Menembus Tradisi, Membangun Harapan
Sherly, sebagai gubernur perempuan pertama di Maluku Utara, berhasil menembus benteng tradisi maskulin dalam politik lokal sebuah ruang yang lama didominasi oleh gaya kepemimpinan hierarkis dan eksklusif. Ia memikul beban ekspektasi yang besar di tengah harapan akan lahirnya pola kepemimpinan yang lebih inklusif.
Langkah-langkah awalnya mengindikasikan pendekatan kepemimpinan yang progresif dan aktif. Dalam komunikasi politik, ini dikenal sebagai “politik kehadiran” strategi simbolik yang membangun kepercayaan publik dengan tampil langsung di ruang-ruang sosial masyarakat, dari pesisir Halmahera Selatan hingga lembah-lembah di Pulau Morotai.
Bagi masyarakat Maluku Utara, kehadiran fisik seorang pemimpin merupakan wujud konkret dari kepedulian dan komitmen.
Baca Halaman Selanjutnya..
Politik Kehadiran dan Diplomasi Anggaran
Untuk mendukung itu, langkah Sherly melakukan kunjungan intensif ke berbagai kementerian di Jakarta patut diapresiasi.
Ia memperlihatkan kemampuan membaca realitas fiskal: bahwa tanpa kemampuan lobi anggaran dan diplomasi pembangunan, daerah seperti Maluku Utara akan terus tertinggal dalam perebutan sumber daya nasional.
Tentunya keberhasilan dalam memperoleh dana pusat harus dibarengi dengan kapasitas birokrasi lokal dalam menyerap dan mengeksekusi program. Tanpa penataan ulang birokrasi, anggaran hanya akan menjadi angka, bukan perubahan.
Birokrasi yang Belum Sembuh: Ujian Awal Pemerintahan Baru
Namun, tantangan substansial justru terletak di jantung pemerintahan: birokrasi provinsi yang pasca transisi kekuasaan terlihat stagnan dan belum tertata.
Warisan dari periode Gubernur Abdul Gani Kasuba, ditambah kevakuman arah pada masa penjabat gubernur pasca pilkada, menyisakan struktur pemerintahan yang lemah dalam koordinasi, sarat kepentingan politik dalam promosi jabatan, dan minim semangat meritokrasi.
Roling jabatan yang diisukan muncul saat ini harus dilihat bukan sekadar sebagai upaya konsolidasi politik, melainkan juga sebagai momen untuk membenahi struktur organisasi pemerintahan secara menyeluruh.
Inilah ujian awal Sherly: apakah ia mampu memindahkan orientasi birokrasi dari loyalitas personal ke loyalitas profesional? Apakah ia sanggup menata ulang sistem rekrutmen, evaluasi kinerja, serta budaya kerja di lingkungan pemerintahan?
Baca Halaman Selanjutnya..
Dari Isu DBH ke Tata Kelola yang Adil
Di tengah langkah maju tersebut, satu catatan penting perlu ditandai: polemik Dana Bagi Hasil (DBH) antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di masa lalu menjadi contoh nyata dari lemahnya transparansi dan akuntabilitas birokrasi.
Selama bertahun-tahun, distribusi DBH kerap menjadi sumber ketegangan, memperlihatkan betapa buruknya tata kelola fiskal di tingkat provinsi.
Sherly harus memastikan bahwa praktik-praktik semacam itu tidak lagi terulang. Tata kelola yang transparan dan adil bukan hanya soal etika pemerintahan, tetapi juga fondasi kepercayaan antara pemerintah dan rakyatnya.
Politik Harapan dan Manajemen Risiko Publik
Meski demikian, euforia publik yang besar terhadap Sherly mesti diimbangi dengan komunikasi risiko yang baik. Publik perlu diberi pemahaman bahwa transformasi butuh waktu dan keputusan sulit.
Politik harapan harus dibarengi dengan manajemen ekspektasi. Setiap langkah perlu dikawal dengan transparansi dan evaluasi berkala.
Menuju Sistem yang Melampaui Jabatan
Jika Sherly mampu menjadikan birokrasi sebagai instrumen pelayanan publik yang efisien, bukan sekadar alat kekuasaan, maka Maluku Utara bisa masuk ke fase baru kepemimpinan berbasis hasil.
Sebaliknya, jika birokrasi tidak segera dibenahi, maka semua narasi pembangunan akan tenggelam dalam lumpur kelambanan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Kunjungan Sherly ke provinsi lain dalam kerangka studi banding juga menunjukkan semangat belajar dan keterbukaan. Ini penting dalam konteks daerah kepulauan yang sering terjebak dalam isolasi kebijakan.
Dengan menjalin jejaring lintas daerah, Maluku Utara dapat mengadopsi inovasi kebijakan yang telah terbukti berhasil di tempat lain sebuah langkah kecil menuju lompatan besar dalam tata kelola.
Dari jejak kehilangan ia melangkah, membawa pesan kehangatan yang menyentuh banyak hati. Namun sejarah tak pernah ditulis hanya dengan air mata ia menuntut keteguhan dalam menghadapi kenyataan dan keberanian untuk mengambil keputusan-keputusan sulit.
Maluku Utara kini berada di ambang perubahan, pada sebuah persimpangan yang hanya bisa dilintasi oleh pemimpin yang tak sekadar menyentuh emosi rakyat, tetapi juga berani menyelami akar persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dan negerinya.
Daerah ini tak sedang menunggu keajaiban, melainkan kepastian dari langkah-langkah yang konsisten. Bila Sherly mampu memadukan empati dengan ketegasan, maka harapan itu tak akan berhenti sebagai gema sesaat, melainkan tumbuh sebagai kekuatan yang menggerakkan.
Maluku Utara hari ini tak hanya membutuhkan pemimpin yang hadir secara fisik di tengah rakyat, tetapi juga sosok yang mampu membangun sistem yang bekerja, bertahan, dan melampaui batas masa jabatan.
Jika itu yang ia lakukan, maka sejarah tak hanya akan mencatat Sherly sebagai salah satu pemimpin perempuan pertama dalam sejarah provinsi ini tetapi juga sebagai penggerak perubahan yang meninggalkan jejak nyata dalam kisah kepemimpinannya. Semoga..!!! (*)
Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Senin, 28 April 2025
Link Koran Digital: https://www.malutpostkorandigital.com/2025/04/senin-28-april-2025.html