Kartini di Tengah Deru Mesin: Suara Perempuan dari Tanah yang Terluka

Lebih jauh, industrialisasi di Maluku Utara telah menciptakan relasi kuasa baru yang mengancam tubuh dan ruang perempuan.

Banyak perempuan muda menjadi buruh tidak tetap di sektor pendukung industri, seperti kantin, jasa laundry, atau toko kecil di sekitar kompleks industri.

Mereka bekerja dengan jam panjang, tanpa perlindungan hukum, dan dalam banyak kasus, rentan terhadap kekerasan berbasis gender.

Cerita-cerita tentang pelecehan, eksploitasi tenaga, dan intimidasi tidak banyak muncul ke permukaan karena takut stigma atau kehilangan sumber pendapatan.

Pembangunan yang dijanjikan sering kali tidak membawa peningkatan kualitas hidup bagi perempuan. Infrastruktur yang dibangun lebih menguntungkan korporasi daripada warga. Jalan yang dibuka memudahkan angkutan bijih nikel, bukan akses ibu hamil ke puskesmas.

Listrik yang menyala sepanjang hari di pabrik tidak selalu sampai ke rumah-rumah di desa. Sekolah dan fasilitas kesehatan tetap minim.

Sementara angka putus sekolah dan pernikahan dini pada anak perempuan tetap tinggi. Di sinilah kita harus menggugat: pembangunan macam apa yang tidak berpihak pada perempuan?

Namun, seperti kata Kartini, “habis gelap terbitlah terang.” Di balik segala luka, ada nyala semangat yang tak padam.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Komentar

Loading...