Dirgahayu Tidore

Di Tidore, Nuku dan pasukan disambut dengan wajah berbinar dan sukacita, baik rakyat jelata maupun perangkat istana. Semuanya memberinya penghormatan, lalu dengan segala kekhusyu’an membaiatnya sebagai Sultan demi mengembalikan martabat yang telah lama hilang.

Semenjak itu, Prins Rebel atau Pangeran Pemberontak digelari Paduka Sri Sultan Saidul
Jihad Muhammad El Mab’us Amiruddin Syah Kaicil Paparangan. Lalu ketika mengemban amanah sebagai Sultan Tidore, Nuku terus berjuang keras mengkonsolidir kekuatan terutama untuk mengembalikan Marwah Tidore.

Tujuh tahun memimpin, lelaki yang dijuluki Belanda onverjonlijke vijand atau musuh yang tak bisa diajak berdamai itu mewujudkan visi misinya. Nuku setia bersama integritas dan nyali juangnya yang terus menyala, ia piawai berkomunikasi, lihai dalam taktik dan strategi hingga sejarah mencatatnya sebagai pejuang yang semasa hidupnya tak pernah takluk dan kalah pada tipu daya penjajah.

Menariknya adalah ia mampu memastikan cita-citanya tergapai. Semasa kepemimpinannya, Kesultanan Tidore disegani dan dihormati sebagai negeri yang merdeka dan rakyatnya menjalani hidup dengan bahagia dalam kemakmuran.

Saya lalu membayangkan bagaimana suasana hidup rakyat di zaman kepemimpinan Nuku. Tetapi imajinasi saya tetiba terhenti oleh suara seorang pekerja keras tukang pikul barang di kapal. “Ko, ada barang?.

“Oh, kapal so sandar kah?”. Dengan cepat lelaki berkumis tipis itu menjawab “Sudah..”.
Saya menimpalinya “Oke baik, tunggu rabu-rabu ee..”. Biarkan saya tuntaskan ucapan ini dulu :“Selamat Hari Jadi Tidore, semoga warisan kepemimpinan Nuku tetap terpelihara dan kita terus setia menjaga martabat, memupuk nilai-nilai baik leluhur serta terus mengawal suasana hidup rakyat yang bersahaja, aman dan bahagia”.

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...