Antara Sengkarut Elite dan Sekarat Kaum Alit

Kenyataan itutidak sekadar melambangkan keserakahan individu atau kelompok. Peristiwa tersebut menunjukkan terjadinya wabah dari sebuah penyakit kolosal, kleptomania. Kaum alit dalam hidup yang nestapa tidak berkeberatan apabila para elite kaya. Namun, ya jangan kayak gitu.

Begitu meluasnya wabah kleptomania itu, kaum alit kadang trauma menjadi penduduk negeri ini. Doa-doa yang dilantunkan agar republik ini menjadi negeri yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur (gemah ripah loh jinawi) dirasa jauh dari kenyataan.

Misalnya, sejumlah remaja membuat #KaburAjaDulu sebagai ekspresi anak negeri yang worrydi tengah tidak adanya kepastian masa depan di negeri sendiri.

Sayang, sikap itu kemudian dimaknai berbeda oleh salah satu elite:’’Silakan kabur. Kalau perlu, jangan pulang sekalian.’’Orang yang berjiwa besar biasanya tidak mengatakan hal yang bermakna kecil.

Ada pula orang yang lebih elite berpidato di panggung kebesaran. Lalu dari atas podium misuh atau menarasikan frase yang tidak seharusnya berkumandang dari situ.

Sementara dari podium yang lain, para dai mengingatkan pentingnya berbuat baik dan berkata santun. Orangtua pun tidak boleh menjejalkan matrikulasi yang sumer.

Peristiwa tersebut juga mengagetkan warga republiken dengan meyakini bahwa negeri ini pantas diduga tidak saja mengajarkan kekerasan economic, tetapi juga membumikan anarkisme-linguistik.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...