Site icon MalutPost.com

Ramadan: Momentum Berbenah Mewujudkan Janji

Oleh: M. Tauhid Soleman
(Wali Kota Ternate)

Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah dan ampunan, juga menjadi momen refleksi dan pembenahan diri bagi setiap insan.

Ramadan hadir membawa pesan spiritual yang mendalam, mengajak setiap umat muslim untuk merenungkan kembali janji-janji yang pernah diucapkan, baik kepada diri sendiri, kepada sesama, maupun kepada Sang Pencipta.

Janji-janji tersebut bisa berupa komitmen memperbaiki akhlak, meningkatkan kualitas ibadah, menepati janji kepada orang lain, hingga janji untuk menjadi pribadi yang lebih baik setelah Ramadan berlalu.

Dalam suasana Ramadan yang sarat dengan nilai keikhlasan dan kesabaran, setiap muslim diajak untuk merenungi sejauh mana janji-janji itu telah diwujudkan.

Ramadan mengajarkan ketulusan dalam bertindak, melatih konsistensi dalam menahan hawa nafsu, serta mendorong manusia untuk menepati janji dan tanggung jawab yang diemban.

Karena sejatinya, janji bukan sekadar ucapan, melainkan amanah yang harus ditunaikan. Di bulan suci ini, kejujuran diri diuji, apakah janji yang pernah terucap benar-benar diingat, atau hanya sebatas formalitas belaka.

Momentum Ramadan juga mendorong kita untuk berbenah, mengintrospeksi diri, membersihkan hati dari sifat ingkar janji dan ketidak jujuran.

Janji-janji yang selama ini terabaikan bisa dihidupkan kembali melalui semangat Ramadan. Ketika berbuka puasa, kita belajar arti syukur atas janji Allah yang selalu ditepati, bahwa setelah lapar dan dahaga, akan ada rezeki yang dinikmati. Dari situ, kita belajar pentingnya menepati janji kepada sesama manusia.

Baca Halaman Selanjutnya..

Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, melainkan juga tentang menyelaraskan kata dan perbuatan, merefleksikan janji-janji, dan menjadikannya nyata sebagai bentuk kesalehan sosial.

Mari kita manfaatkan Ramadan tahun ini sebagai momen berbenah diri, menata hati, dan berusaha mewujudkan setiap janji yang pernah kita ucapkan, agar kelak kita menjadi pribadi yang lebih amanah, dipercaya, dan bertanggung jawab.

Bulan Ramadan bukan hanya momen spiritual, tetapi juga kesempatan untuk melakukan refleksi dan berbenah dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kebijakan sosial, ekonomi, dan pendidikan.

Di bulan yang penuh berkah ini, umat Islam diajak untuk tidak hanya memperbaiki diri secara pribadi, tetapi juga berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil, makmur, dan berdaya saing.

Ramadan mengajarkan nilai-nilai solidaritas, kepedulian, dan keadilan sosial.Ini seharusnya menjadi pengingat bagi para pemimpin dan pemangku kebijakan untuk lebih serius dalam mengatasi permasalahan sosial, seperti kemiskinan, ketimpangan, dan perlindungan terhadap kelompok rentan.

Program jaring pengaman sosial, pemberdayaan masyarakat, dan penguatan ekonomi berbasis komunitas akan lebih ditingkatkan agar tidak hanya bersifat karitatif, tetapi juga mampu menciptakan kemandirian jangka panjang.

Pemerintah, organisasi masyarakat, dan individu perlu bersinergi dalam menciptakan kebijakan yang lebih berpihak pada kesejahteraan rakyat.

Baca Halaman Selanjutnya..

Dalam aspek ekonomi, Ramadan mengajarkan pentingnya kejujuran, etika bisnis, dan distribusi kekayaan yang lebih merata.

Prinsip ekonomi Islam yang menekankan keseimbangan antara keuntungan dan kemaslahatan sosial perlu menjadi pedoman dalam pembangunan ekonomi nasional.

Sektor UMKM, yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat, diupayakan mendapatkan dukungan lebih besar, baik dalam akses permodalan, teknologi, maupun pasar.

Selain itu, Ramadan juga bisa menjadi momentum untuk menekan praktik ekonomi yang tidak sehat, seperti spekulasi harga, monopoli, dan eksploitasi tenaga kerja.

Pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan ekonomi yang diambil benar-benar berorientasi pada kesejahteraan masyarakat luas, bukan hanya menguntungkan segelintir pihak.

Ramadan juga disebut sebagai bulan Tarbiyah atau bulan pendidikan. Kita sepakat pendidikan adalah kunci utama dalam menciptakan masyarakat yang lebih maju dan sejahtera.

Ramadan memberikan pelajaran berharga tentang disiplin, kerja keras, dan integritas nilai-nilai yang seharusnya ditanamkan dalam sistem pendidikan kita.

Kebijakan pendidikan perlu diarahkan untuk tidak hanya mencetak individu yang cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan peduli terhadap sesama.

Baca Halaman Selanjutnya..

Di tengah perkembangan teknologi dan globalisasi, sistem pendidikan harus mampu menjawab tantangan zaman dengan memberikan akses pendidikan yang lebih inklusif dan merata.

Pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan kebangsaan akan terus diperkuat agar generasi muda kita memiliki fondasi moral yang kokoh dalam membangun masa depan bangsa.

Jika Ramadan dijadikan sebagai momentum untuk membangun kebijakan sosial yang lebih adil, ekonomi yang lebih berkah, dan pendidikan yang lebih bermutu, maka kesejahteraan masyarakat bukan lagi sekadar harapan, tetapi bisa menjadi kenyataan.

Bulan Ramadan tidak hanya menjadi waktu untuk meningkatkan ibadah, tetapi juga menjadi momen refleksi bagi masyarakat dan pemangku kebijakan dalam membangun tatanan sosial yang lebih religius dan berbudaya.

Masyarakat yang sejahtera bukan hanya dinilai dari aspek ekonomi semata, tetapi juga dari sejauh mana nilai-nilai keagamaan dan budaya lokal tetap hidup dan menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, perlu ada kebijakan yang mendorong terbentuknya masyarakat yang agamais berbasis budaya sebagai fondasi peradaban yang kuat dan harmonis.

Pemerintah Kota Ternate dan masyarakat perlu bersinergi dalam memperkuat nilai-nilai keagamaan yang selaras dengan budaya lokal.

Hal ini bisa diwujudkan melalui kebijakan yang mendukung:

Pertama, penguatan lembaga keagamaan dan adat, berupa memfasilitasi peran masjid, pesantren, majelis taklim, dan lembaga adat sebagai pusat pendidikan moral dan sosial.

Baca Halaman Selanjutnya..

Serta mendorong kerja sama antara ulama dan pemangku adat dalam membangun norma sosial yang berakar pada nilai keagamaan dan budaya.

Kedua, revitalisasi tradisi keagamaan berbasis budaya dengan menghidupkan kembali tradisi keagamaan yang berbasis kearifan lokal, seperti pengajian adat, dzikir bersama dalam perayaan hari besar Islam, dan tradisi gotong royong dalam kegiatan sosial.

Kemudian, menjadikan budaya lokal sebagai sarana dakwah Islam yang lebih inklusif dan mudah diterima oleh masyarakat.

Ketiga, penguatan etika sosial dan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari dengan mendorong penerapan norma sosial berbasis agama dan budaya dalam interaksi masyarakat, seperti etika bertetangga, penghormatan kepada orang tua, dan solidaritas sosial.

Kemudian memasukkan nilai-nilai keagamaan dalam kebijakan tata kelola kota, seperti penyediaan ruang ibadah yang memadai dan pengaturan lingkungan yang mendukung ketenangan beribadah.

Pembangunan ekonomi yang berlandaskan nilai keagamaan dan budaya akan menciptakan keseimbangan antara kemakmuran dan keberkahan.

Kebijakan ekonomi yang bisa diterapkan antara lain:

Pertama, penguatan ekonomi syariah dan UMKM berbasis budaya dengan cara mendorong pengembangan ekonomi syariah, seperti bank syariah, koperasi syariah, dan industri halal.

Baca Halaman Selanjutnya..

Kemudian memberdayakan UMKM berbasis budaya lokal, seperti industri kerajinan khas daerah, kuliner halal, dan pariwisata religi berbasis adat.

Kedua, program sedekah produktif dan wakaf untuk kesejahteraan umat, dengan cara mengoptimalkan dana zakat, infaq, dan wakaf untuk program pemberdayaan ekonomi, seperti bantuan modal usaha bagi masyarakat kurang mampu dan pendirian pusat pelatihan kerja berbasis keterampilan lokal.

Kemudian mengembangkan wakaf produktif dalam bentuk aset yang dikelola secara profesional untuk kepentingan masyarakat, seperti sekolah Islam berbasis budaya lokal dan rumah sakit berbasis nilai-nilai Islam.

Ketiga, pemberdayaan ekonomi berbasis kearifan lokal, berupa mendukung sektor ekonomi yang sesuai dengan budaya dan syariat Islam, seperti pertanian organik, perikanan berbasis komunitas, serta usaha berbasis koperasi dan kekeluargaan.

Serta meningkatkan peran pesantren dan komunitas agama dalam pelatihan kewirausahaan berbasis nilai Islam dan budaya.

Masyarakat yang religius dan berbudaya dapat terbentuk melalui pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Islam dan budaya lokal.

Beberapa kebijakan yang bisa diterapkan dalam sektor pendidikan adalah:

Pertama, integrasi kurikulum pendidikan islam dan budaya lokal, berupa mengembangkan kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan budaya lokal, seperti sejarah peradaban Islam di daerah setempat, tokoh-tokoh Islam Nusantara, dan filosofi budaya yang sesuai dengan ajaran Islam.

Baca Halaman Selanjutnya..

Kemudian, mengajarkan bahasa dan sastra lokal yang mengandung nilai-nilai moral dan religius sebagai bagian dari pendidikan karakter.

Kedua, peningkatan peran pesantren dan madrasah dalam pendidikan karakter dengan memperkuat pesantren sebagai pusat pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga keterampilan sosial dan kewirausahaan berbasis budaya lokal.

Selanjutnya, memberikan insentif dan dukungan kepada madrasah dan sekolah Islam yang menerapkan pendidikan berbasis nilai keislaman dan budaya.

Ketiga, penguatan pendidikan keagamaan di sekolah umum dengan meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah umum dengan kurikulum yang lebih aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.

Kemudian, mendorong program ekstrakurikuler berbasis nilai Islam dan budaya, seperti seni kaligrafi Islam, seni bela diri tradisional yang berlandaskan etika Islam, dan komunitas diskusi Islam berbasis budaya.

Ramadan adalah momen terbaik untuk membangun komitmen dalam menciptakan masyarakat yang lebih religius tanpa meninggalkan akar budaya lokal.

Dengan kebijakan sosial yang memperkuat peran agama dan budaya, ekonomi yang berlandaskan nilai Islam, serta pendidikan yang membangun karakter Islami, masyarakat yang harmonis dan sejahtera dapat terwujud.

Ramadan bukan hanya soal ibadah, tetapi juga bagaimana kita membangun masyarakat yang kuat dalam iman dan budaya, menuju kesejahteraan yang hakiki.

Mari jadikan Ramadan sebagai titik awal perubahan, dengan menepati janji-janji kebaikan dalam berbagai sektor kehidupan. Saatnya berbenah, saatnya mewujudkan janji demi kehidupan masyarakat yang lebih beradab, sejahtera, dan berlandaskan nilai Islam serta budaya luhur. (*)

Exit mobile version