Emak-Emak Colomadu Karanganyar Sulap Lahan Mangkrak Jadi Kebun Hidroponik Produktif
Dulu Lahan Kosong tak Bernilai, Kini Tumbuh Masa Depan

"Ternyata diperbolehkan, karena pemiliknya sendiri belum tahu mau dimanfaatkan untuk apa. Akhirnya, saya ajak ibu-ibu di kampung ini supaya punya kegiatan yang bermanfaat," tambahnya.
Awalnya, sekitar 50 orang ibu-ibu bergabung. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlahnya menyusut menjadi 34 anggota aktif, yang kini terbagi dalam kelompok kecil berisi tujuh orang untuk merawat kebun setiap harinya.
Sebelum beralih ke hidroponik, KWT Mutiara sempat mencoba menanam cabai dan jagung pulut ungu. Namun, hasil panennya kurang optimal karena bergantung pada cuaca. Hingga akhirnya, sejak awal 2023, mereka beralih ke metode hidroponik.
"Lebih enak hidroponik, perawatannya lebih mudah dan hasilnya lebih banyak. Asalkan mengikuti aturan, risikonya juga lebih kecil dibanding tanam di tanah," jelas Trisna.
Dalam hal pemasaran, KWT Mutiara tak bergerak sendiri. Mereka menjalin kemitraan dengan pihak ketiga yang membantu dari hulu hingga hilir, mulai dari penyediaan instalasi hidroponik, benih, media tanam, hingga nutrisi.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar