Frans Manery dan Kesadaran di Penghujung Jabatan

Ekonom Maluku Utara, Mokhtar Adam

SEORANG penyuluh pertanian yang mengurus kelapa sejak masa Orde Baru, akhirnya mengambil pilihan lain untuk mengurus hajat orang banyak. Ya, dia adalah Frans Manery.

Frans mengambil pilihan politik setelah mendampingi Hein Namotemo sebagai wakil bupati  untuk membangun Halmahera Utara. Dia terjun ke politik bersama partai Golkar mengawal untuk suara rakyat Halmahera Utara di DPRD Provinsi Maluku Utara.

Tidak ada rekam jejak yang menggembirakan, bahkan nyaris kontroversi. Sebagai warga Malifut Halmahera Utara, saya tidak memiliki kekaguman berarti kepada sosok Bupati 2 periode ini.

Namun di akhir masa jabatan, Frans menerbitkan sebuah edaran Bupati. Edaran ini menegaskan Halmahera Utara akan mengambil pilihan industri Kelapa, setelah babak belur dari tambang emas gosowong yang tidak lagi produksi, yang menyebabkan Halmahera Utara kena dampak pada ekonomi anjlok paling rendah se Maluku Utara.

Frans diakhir masa jabatan mengalami kesadaran memimpin daerah dengan bergantung ke industri tambang. Seperti memenjarakan diri dalam kemewahan yang berwajah miskin, rentan pada ancaman kemiskinan, kerusakan lingkungan dan kesemrawutan sosial. Hal ini karena sumberdaya alam dikuras habis, dengan meninggalkan derita tak terurus.

Frans mengalami kesadaran pembelajaran kepada semua kepala daerah dan calon kepala daerah yang baru mau dilantik, untuk tidak menempatkan industri tambang tempat menggantungkan kehidupan rakyatnya. Tambang Emas Gosowong ada jejak di balik cerita keterpurukan ekonomi yang tidak hanya mengancam warga dari PHK, tapi juga memiskinkan Pemda dari defisit dan utang pihak ketiga yang membengkak menjadi akumulasi dari tontonan keterpurukan jalan panjang tambang.

Frans Manery mengalami kesadaran di penghujung kepemimpinannya, dengan membuat edaran yang mengundang decak kagum perlindungan petani kelapa untuk menumbuhkan kualitas ekonomi daerah yang inklusif. Kopra adalah komoditi andalan Halmahera Utara. Dari jumlah populasi kelapa di Maluku Utara, Halmahera Utara menempati urutan pertama. Disusul Halmahera Barat, Halmahera Selatan. Di Halmahera Utara, Galela menempati urutan pertama populasi kelapa.

Pada penghujung tahun 2019, Kopra anjlok Rp2.500/kilogram. Petani Halmahera merasa, natal 2019 dirudung duka dari anjloknya kopra. Saya bersama Dr Rahmat Sabuhari memprovokasi petani turun demo untuk perlindungan, membuat Frans Manere dan Muhlis Tapi Tapi naik pitam.

Namun kali ini saya harus memberi hormat penuh dan terima kasih atas perhatian yang baik dengan membuat kebijakan Hilirisasi atas kelapa. Cara baik melindunggi petani dari ancaman fluktuasi harga yang tak menentu. Semoga apa yang digagas menjadi contoh pemimpin Maluku Utara, baik Gubernur, Bupati dan Walikota untuk menyusun ekosistem ekonomi yang inklusif. (*)

Komentar

Loading...

You cannot copy content of this page