Malutpost.com — Morotai, Kabupaten di Provinsi Maluku Utara yang dikenal luas dengan sebutan Surga di Bibir Pasifik. Sayangnya, potensi wisata di daerah itu mulai tak terurus.
Kabupaten yang resmi dimekarkan sebagai daerah otonomi baru pada 2008 silam ini, menyimpan sejumlah cerita di masa lalu yang begitu membekas. Pernah menjadi rebutan antara tentara Jepang dan tentara Sekutu di bawah kepemimpinan Jendral Douglas MacArthur pada perang dunia ke II 1944.
Peperangan itu dibuktikan dengan sisa-sisa puing bekas perang dunia II yang masih bisa dilihat sampai saat ini. Mulai dari amunisi perang seperti senjata, peluru, bom serta tank amfibi yang digunakan sebagai kendaraan perang di masa itu, maupun yang lainnya.
Sehingga tak jarang orang ingin datang ke Morotai untuk menyaksikan langsung peninggalan tersebut. Namun, tak hanya wisata sejarah, Morotai juga memiliki potensi wisata alam yang begitu menjanjikan.
Berdasarkan data yang dikantongi Malut Post, ada sejumlah destinasi wisata alam di Pulau Morotai diantaranya, Tanjung Amerika, Tanjung Gorango, Pantai Rorasa, Pantai Nunuhu, Air Terjun Nakamura, Air Terjun Raja dan Pulau Dodola yang menjadi ikon wisata yang banyak orang menjulukinya “surga di bibir pasifik”.
Ternyata, tak hanya Dodola, ada pulau kecil lainnya yang juga sangat potensial sebagai destinasi wisata. Pulau yang terletak di bagian utara Morotai juga begitu eksotis, namanya Tabailenge.
Untuk bisa sampai ke Pulau Tabailenge ini, pengunjung harus melalui jalur darat ke Desa Bere Bere, kurang lebih 80 kilo meter, dari pusat Kota Daruba.
Baca Halaman Selanjutnya..
Dari sini, pengunjung bisa menyeberang ke Tabailenge dengan menyewa perahu motor atau yang dikenal masyarakat lokal, fiber. Jaraknya begitu dekat, cukup lima menit pengunjung bisa langsung menapaki pasir putih halus yang mengelilingi pulau kecil tak berpenghuni itu.
Pulau itu semakin menawan dengan hijaunya air laut di sekelilingnya yang berwarna hijau tosca. Jajaran pohon pinus yang tumbuh di atas pasir putih, seolah menjadi gerbang yang menyapa pengunjung yang datang, pulau kecil ini memang tak kalah menarik dengan Pulau Dodola yang sudah dikenal luas.
Karena itu, tak heran jika pulau ini juga ramai dikunjungi, apalagi saat //weekend// baik dari warga Pulau Morotai sendiri maupun wisatawan dari luar Morotai.
Tak jarang pengunjung juga memilih menginap di dalam tenda-tenda kecil, untuk bisa menikmati eksotisnya pulau itu di malam hari, yang tenang dan begitu damai.
“Kalau dilihat, potensi wisata Pulau Tabailenge ini tidak kalah dengan destinasi lain di Morotai, termasuk Pulau Dodola,” ungkap Kamarullah Mahasari, pengelola wisata Tabailenge saat berbincang dengan Malut Post, belum lama ini.
Sayangnya, Tabailenge bernasib sama dengan destinasi wisata lainnya di Pulau Morotai termasuk Pulau Dodola. Akibatnya, “surga- surga “ itu tak terurus, terbengkalai dan begitu memperihatinkan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Kerusakan fasilitas pendukung dan ancaman abrasi di pulau wisata dibiarkan, menjadi tontonan para pengambil kebijakan. Padahal, daerah ini masuk dalam program Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau 10 Bali Baru yang dicanangkan Pemerintah Pusat pada 2017 silam.
Ketidak-seriusannya Pemkab Pulau Morotai dalam mengelola dan memanfaatkan destinasi wisata yang telah dibangun dengan menelan anggaran miliaran rupiah ini, berdampak pada Pendapatan Asli Daerah (PAD), di sektor wisata.
Setiap tahun target yang ditetapkan tak bisa capai, bahkan realisasinya cenderung menurun. Tahun 2023 lalu, target PAD Dinas Pariwisata senilai Rp532 juta, hingga akhir tahun yang didapat hanya pada angka 3,41 persen atau Rp18,146 juta.
Tahun 2024 target PAD diturunkan jauh dari tahun sebelumnya, bahkan targetnya diturunkan sebesar Rp100 juta, namun realisasinya pun masih sangat jauh dari harapan, yaitu hanya Rp17,95 juta atau hanya 4,16 persen.
Lemahnya pengelolaan destinasi wisata oleh Pemda ini, membuat destinasi yang harusnya menjadi penyumbang PAD justru terbalik menjadi beban daerah. “Berulang kali sudah kami sampaikan soal kondisi wisata yang begitu memprihatinkan tapi selalu saja diabaikan,” tuturnya.
Warga menilai, Pemda terkesan hanya berorientasi proyek membangun tapi tak mau memelihara sehingga manfaatnya tidak terasa oleh masyarakat.
Sebagai orang yang sering mendampingi wisatawan yang berkunjung di Tabailenge, Kama, begitu dia disapa mengaku, Pulau ini banyak mendapat pujian dari para tamu yang terpesona dengan keindahannya, namun tak sedikit juga yang menyayangkan kondisi pulaunya.
Baca Halaman Selanjutnya..
“Kalau ada wisatawan dari luar Morotai yang menghubungi kita untuk Tabailenge, ya kita fasilitasi,” ucapnya. Meski diabaikan Pemda, Kama dan kawan-kawannya tak pernah pasrah memperhatikan Pulau Tabailenge.
Karena sangat disayangkan, pulau seindah itu dibiarkan terbengkalai tanpa ada perhatian. mereka pun membangun fasilitas pendukung dengan bahan seadanya, pulau ini mulai dibangun secara sukarela.
Namun begitu, harapan diperhatikan pemerintah daerah tak surut. Karena ketika pengelolaan pulau Tabailenge dilakukan secara profesional, maka akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat juga bisa menjadi sumber pendapatan bagi daerah.
“Kita yang bersihkan lokasi wisata ini secara sukarela, termasuk tumpukan sampah yang terdampar dan berserakan di pulau ini. Jadi harapannya ada perhatian khusus dari pemerintah daerah untuk wisata Pulau Tabailenge. Karena kalau selalu dibiarkan maka sangat disayangkan, sebab potensi wisata pulau ini begitu menjanjikan,” harapnya.
Pihak Dinas Pariwisata pun mengakui nasib beberapa destinasinya. Ketersediaan anggaran menjadi masalahnya. “Saya harus jujur sampaikan bahwa kerusakan sejumlah fasilitas wisata belum diperbaiki tahun lalu, karena memang pengusulan anggaran kemarin belum terakomodir.
Jadi perbaikannya nanti kita lihat kedepan. Kalau anggarannya memungkinkan maka akan diperbaiki semua. Intinya pemerintah berkeinginan untuk lakukan perbaikan dan pengelolaan wisata lebih baik lagi kedepan,” ungkap Plt Kepala Dinas Pariwisata Pulau Morotai, Sabhan Lanoni saat diwawancarai Malut Post beberapa waktu lalu. (cr-05/nty)
Irham Hi. A Rahman
Daruba