Sahril dan Jurnalis Gaza

Jika ada bencana, pria ini akan melapor dari sana melalui reportase mendalam, mengisahkan kepada dunia tentang saudaranya yang harus segera ditolong.
Dalam keteguhannya, ia mengimani bahwa jurnalis bukan sekadar pemberi kabar, tetapi juga penjaga kebenaran yang membantu khalayak membedakan fakta dan fiksi, dalam lautan informasi keliru.
Jurnalisme tidak sekadar tentang menyampaikan berita, membuat laporan langsung atau sejenis praktik lazim jurnalis lainnya, tetapi jurnalisme memiliki peran menghidupkan kisah-kisah yang memengaruhi manusia dan alam sekaligus membuka mata realitas.
Lebih dari itu, Sahril dalam diamnya adalah tulang punggung bagi orang tua dan saudaranya. Dalam sebuah pertemuan di kantor Basarnas Ternate, sang ibu yang sudah 3 hari ikut dalam pencarian tak sanggup mengungkapkan rasa cintanya yang amat dalam. Suaranya yang lirih berusaha mengeja kata demi kata, memohon agar sang buah hati segera ditemukan.
Dedikasi Sahril tidak sekadar menjadi ikhtiar merawat jurnalisme di era praktik liar media sosial dan degradasi kepercayaan publik terhadap jurnalis, tetapi Sahril menunjukkan empati dengan menempatkan rasa kemanusiaan jauh di atas segalanya.
Dalam kematiannya yang indah, Sahril mungkin telah berkumpul dengan para jurnalis syuhada di Palestina yang meliput dan menjalani “Neraka” akibat serangan zionis Israel di Jalur Gaza.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar