“Pergi dan Tak Kembali”

Bahkan undangan pernikahan disebarkan melalui sosial media. Membuat hati dan pikiranku pecah menjadi beberapa bagian dan lebih memilih untuk membujang seumur hidup.

Sakit si, iya, tapi apakah harus mengiklas dia pergi begitu saja, tanpa ada permintaan maaf dari dia. "Aku yakin, dia pergi untuk selamanya dan tak akan pernah kembali dipelukanku," ucapku dengan penuh pasrah.

Aku tahu, kinanti sudah bahagia bersama pasangan hidupnya. Apalagi, saat ini mereka sudah membina rumah tangga dan merancang masa depan yang lebih cerah.

Namun dengan masalah ini mengajarkan ku, bahwa sebagai manusia hanya bisa memiliki cintanya, tapi tidak dengan hati, dan jiwanya. Aku pun berjanji, tak akan memikirkan masa lalu dan harus menghadirkan orang baru sekaligus membangun komitmen untuk menuju di jenjang yang lebih serius.

Dari kisah ini, mengajarkan kita tentang ikhlas, dan harus melepaskan dia tanpa dendam, dan menerima kenyataan dengan lapang dada. Benar, Ini menyakitkan, tapi kita harus belajar, bahwa tidak semua yang kita inginkan menjadi milik kita dengan sentuhnya.

"Ikhlas, bukan berarti melupakan, tetapi merelakan dengan penuh kesadaran bahwa setiap pertemuan dan perpisahan adalah bagian dari perjalanan hidup."

Dari situ, kita bisa tumbuh lebih kuat dan lebih siap untuk mencari cinta baru, yang mungkin lebih baik dan lebih tepat untuk kita. (*)

Selanjutnya 1 2 3 4 5

Komentar

Loading...