“Pergi dan Tak Kembali”

Sekitar 15 menit kemudian, pesanan kami pun sampai. Aku dan kinanti mulai mencicipi satu-persatu dan ngobrol tentang kelanjutan dari hubungan kami. Bahkan kinanti memberi sedikit wejangan.
"Kamu harus pandai-pandai mensyukuri apa yang kamu kerjakan, dan harus kerja keras serta ikhlas," punta kinanti.
Tidak terasa, jarum jam menunjukkan pukul, 00-00 Wit. Kebutulan langit mulai mendung dan angin kencang menandakan hujan akan turun. Aku dan kinanti tak mau terjebak hujan di tempat ini. Kami mulai mengendarai sijago hitam dengan kecepatan tinggi, aku hanya bisa tertawa setelah melihat wajah kinanti dari spion dengan raut wajah penuh ketakutan.
Sesampai di kediamannya, aku harus buru-buru pamit untuk pulang kerumah, karena langit mulai menangis dan mencurahkan tetes demi tetes di atas aspal dan atap rumah mulai mengeras.
Dari kejadian malam itu, terkadang aku senyum-senyum sendiri. Aku tatap langit-langit kamar dan melihat sepasang kecoak bercengkraman, mungkin mereka sedang malam mingguan, hehehe.
Kembali Ditempat Tugas
Minggu dan bulan berganti begitu cepat. Aku pun sudah kembali di tempat tugas sebagai misi untuk menyampaikan aspirasi dari masyarakat. Namun beberapa bulan kemudian, aku mendapat kabar dari kinanti tentang masa tugasnya akan berakhir pada 29 Maret. Mendengar ucapan kinanti, aku pun berdiri dan berlari di pelabuhan. Ternyata alampun merestui rencana kepulanganku di desa Fujin.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar