“Pergi dan Tak Kembali”

Tidak ada alasan lain, aku hanya bisa mengangukkan kepala dan mengeluarkan jurus pemungkas untuk mengelabuinya, dan benar saja aku berhasil meluluhkan hati kinanti.
Tak menunggu lama, kami langsung melanjutkan perjalanan, kinanti tak habisnya mengajak ku bercanda dan memelukku dari belangkang dengan penuh malu-malu. Hari itu aku cukup bahagia dan nyaman dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya, meskipun menempuh perjalanan satu jam lebih, tapi terasa begitu singkat.
Sesampainya di pusat kota, aku dan kinanti menyinggahi di sebuah warung dan memesan menu sebagai pengalas perut.
Obrolan kami masih seperti biasa, seperti hari hari sebelumnya, seakan peristiwa yang baru saja kami lewati sama sekali tidak pernah terjadi.
Singkat cerita, hari mulai sore. Aku dan kinanti memutuskan untuk kembali.
"Entar malam kita jalan-jalan ya," ucap kinanti sembari menebarkan senyum manisnya.
Waktu berlalu begitu cepat, jarum jam menunjukkan pukul 9-00 Wit, aku dan kinanti kembali bertemu dan menyinggahi sebuah Caffe. Ya, tempat itu bisa di bilang tempat vaforit semua orang. "Ki, kita duduk di meja nomor 12 ya," ajakku sembari mempersiapkan kursi agar kinanti duduk berhadapan denganku.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar