Catatan
Transisi Energi, Praktik Ekstraktivisme, dan Masa Depan Wilayah Pulau

Transisi Energi dan Masyarakat Adat
Gerakan transisi energi global menuju sumber energi terbarukan dan rendah karbon telah menjadi salah satu agenda utama dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Tetapi, proses ini kerap berdampak bagi masyarakat adat yang hidup di wilayah-wilayah kaya akan sumber daya alam, termasuk hutan, sungai, dan mineral.
Masyarakat adat, acapkali bergantung pada lingkungan alam untuk kelangsungan hidup budaya dan ekonomi mereka, menghadapi tantangan eksistensial akibat proyek-proyek energi berskala besar seperti pembangunan pertambangan mineral untuk energi terbarukan.
Transisi energi sebagai proses tidak hanya melibatkan teknologi tetapi juga perubahan struktural dalam hubungan sosial dan ekonomi. Dalam konteks transisi energi, masyarakat adat yang mendiami wilayah Halmahera Tengah menghadapi tantangan serius.
Banyak dari mereka yang merasa bahwa proses transisi energi ini mengabaikan hak-hak mereka atas tanah adat. Masyarakat adat memiliki sistem nilai, pengetahuan lokal, dan praktik pengelolaan sumber daya yang unik, namun kerap diabaikan dalam kebijakan pemerintah maupun industri.
Akibatnya, ketidaksetaraan dalam akses terhadap keuntungan industri ekstraktif dan keputusan mengenai penggunaan lahan mengakibatkan munculnya ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan perusahaan yang beroperasi di sana.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar