Malutpost.com — Kabar hilangnya Sahril membuat Umi begitu terpukul. Doa dipanjatkan agar suami mendiang putrinya itu segera ditemukan. Umi pun mengungkap kejanggalan sebelum dapat kabar buruk itu.
Tiga hari melakukan pencarian, Sahril Helmi Kasim, satu-satunya korban hilang akibat kecelakaan speedboat RIB 4 milik Basarnas Kota Ternate di Perairan Desa Gita, Oba, Kota Tidore Kepulauan belum juga ditemukan.
Tak hanya Tim SAR dikoordinir Basarnas Kota Ternate yang mengerahkan puluhan kapal, untuk menyusuri perairan laut Halmahera di sekitar TKP dan kini telah diperluas puluhan mil dari lokasi, rekannya para jurnalis pun turun gunung.
Rabu (5/2) para Jurnalis Halsel mulai bertolak dari Pelabuhan Babang, menggunakan speedboat langsung menyusuri pesisir laut di sekitar Halsel, mereka berharap bisa menemukannya.
Kabar hilangnya Il, begitu Sahril disapa, yang baru diterima Senin dinihari, akibat kecelakaan yang terjadi di tengah malam pada Minggu (2/2) begitu menggemparkan sekaligus menyesakkan dada para rekannya. Iya, kontributor Metro TV itu dikenal sosok yang humble, asyik dan suka menghidupkan suasana saat lagi nongkrong bersama.
Baca Halaman Selanjutnya..
Sebelum melakukan pencarian para wartawan Halsel juga telah melakukan doa bersama di Masjid Sultan Bacan yang melibatkan pengurus masjid juga tetua di sana, mereka pun mendatangi rumah keluarganya, termasuk mantan mertua Il, di Desa Amasing Kali, Bacan, Halmahera Selatan.
Meski statusnya kini tak lagi mertua, karena putrinya Fatmah Udin yang dinikahi Sahril pada 2018 lalu meninggal dunia beberapa bulan setelah pernikahan, Umi masih tetap dekat dan sayang pada Il.
Hubungan mereka pun tak pernah putus meski sudah sekitar enam tahun putrinya meninggal. Sebab, saat kembali ke Bacan, Il yang masih bertahan dengan status duda itu tetap datang ke rumah Umi dan langsung berziarah makam sang istri yang tak jauh dari rumah. Makanya, Umi pun merasa sangat kehilangan dan berharap dia segera ditemukan.
Umi langsung mengajak rombongan Jurnalis ke makam putrinya, dia mengaku terakhir kali dia didatangi Il pada akhir tahun lalu. Il datang di makam Fatma masih sekitar jam 4 subuh hingga ketiduran di atas makam itu.
”Sempat tegur dia, kenapa harus ziarah subuh-subuh, tapi Sahril bilang tidak apa-apa,” kisah Umi.
Baca Halaman Selanjutnya..
Tak hanya mengenang menantu kesayangannya, Umi juga mengungkapkan ada kejadian tak biasa terjadi, sekitar tiga hari sebelum mendapat kabar Sahril hilang.
Pertama, soal buku nikah Sahril dan putrinya yang jatuh di lantai, padahal itu letaknya di tas lemari. Hal yang janggal juga terjadi di makam Fatma, batu nisan di bagian kepala patah dan terlihat ada seperti bekas galian.
”Saya dan suami kemudian merenung, kemudian berfirasat mungkin akan ada kejadian, namun tidak berpikir kalau kejadian itu akan dialami Sahril,” tutur Umi dengan nada suara yang parau dan tetesan air mata pun mengalir ke pipi.
Dia dan suami langsung shock, saat dapat kabar tentang Sahril. Tak tinggal diam, mereka pun berusaha mencari keberadaan mantan menantunya, meski tak langsung ikut dengan Tim SAR .
“Saya dan suami berinisiatif mencari orang tua-tua (orang pintar, red) yang bisa menerawang keberadaan Sahril, Dari hasil terawangnya, Sahril belum jauh dari lokasi kejadian,”katanya seraya mengenang sosok yang sudah dianggap sebagai putranya yang baik, murah senyum juga tak pernah lupa dengan mereka.
Baca Halaman Selanjutnya..
Dia pun masih berharap Sahril masih bisa selamat. “Doa kami semoga Allah masih memberikan umur panjang, Sahril bisa sehat dan segera ditemukan, kalaupun sudah meninggal jasadnya bisa ditemukan agar bisa dimakamkan di tempat terakhirnya,” ucapnya dengan mata yang masih berkaca-kaca.
Pencarian para Jurnalis Halsel dimulai jam 10 pagi, dari Babang menuju Pantai Tokaka, lalu ke Desa Toniku, lalu menuju Pulau Kayoa.
Di tengah perjalanan tim jurnalis mendapat benda terapung yaitu jaket pelampung berwarna oranye, diduga itu milik Basarnas, barang tersebut langsung diserahkan ke Tim SAR dari Angkatan Laut yang juga ikut melakukan pencarian.
Tim kemudian bergerak ke Desa Sagawele. Setelah makan siang sekitar setengah tiga siang tim menyusuri pesisir Bacan Barat menuju Bacan Timur dan kembali ke Babang jam 6 sore.
Lalu lanjut ke perairan Pulau Sali. Il pergi untuk menyelamatkan dan mengembalikan nelayan yang hilang untuk bisa bertemu keluarga, justru dia yang terpisah dari keluarga. Semoga Tuhan menujukkan jalan untuk segera menemukannya. Dan di hari ke empat ini tim pencarian bisa menemukan hasil. Aamin…(din/nty)
Samsudin Chalil
Labuha