Qabil dalam Jelmaan Manusia Modern Menurut Ali Syariati

Jubah kebesarannya hanya untuk memperkaya diri, fatwa-fatwa berhamburan semata meninabobokan rakyat dan menyenangkan penguasa. Agama ditangan orang-orang demikianlah yang kritik Karl Marx lewat ungkapan fenomenalnya bahwa agama adalah candu.

Agama kehilangan “ruh kesadaran dan pembebasan” karena dipecundangi oleh kekuasaan, kebijakan serta sistem ekonomi yang eksploitatif dan menindas. Tak aneh jika agama justru menjadi persoalan ritus semata bahkan menjadi komuditas politik dan ekonomi.

Padahal sejatinya agama harus memainkan peran kritik sosial, menjadi benteng pertahanan dan senjata melawan penindasan, memperjuangkan kepentingan kaum-kaum termajinal dan tertindas.

Sayangnya, “surga” sebagai tujuan menjadi senjata manipulasi kesadaran, menjadi obat bius sehingga rakyat terlelap dalam kemelaratan dan tertindas tanpa disadari. Surga menjadi dalil sebagai imbalan akan sikap sabar atas kondisi yang dialami dan menerima itu semua sebagai takdir dari Tuhan.

Demikianlah gambaran personifikasi Qabil dalam Qarun, Fir’aun, Haman dan Balaam dalam realitas sosial sejarah umat manusia. Ia hanya berganti sosok namun sistem, pola dan modelnya masih sama hingga sekarang.

Semoga setiap dari kita dapat menjadikan sejarah sebagai ikhtiar dalam menata perilaku diri dan kehidupan sosial yang tidak mencerminkan perilaku sebagaimana diulas tulisan ini. (*)

Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Senin, 3 Februari 2025
Link Koran Digital: https://www.malutpostkorandigital.com/2025/02/senin-3-februari-2025.html

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7 8

Komentar

Loading...