IMS-ADIL, dan Gestur Politik Perempuan

Karena itu, Negara (Daerah) harus bisa mengadaptasi model dan pendekatan kebijakan politik yang beorientasi pada tingkat kesejahteraan yang lebih spesifik ke rumah tangga.
Pasangan Ikram Malan Sangadji dan Ahlan Djumadil tentu memiliki modalitas politik yang tercipta lewat legacy kepemimpinan Ikram Malan Sangadji sebagai pemimpin humanis dan egaliter yang turut menginspirasi cara kerja politik yang akomodatif dan memahami gestur politik perempuan.
Sampai-sampai di panggung kampanye politik Ikram Malan Sangadji memberikan pernyataan humoris (ngone pe sampo dan lipstik pun pemda beli), seketika menuai kontroversi dan dianggap tidak memliki visi kedepan dalam membangun Halmahera Tengah.
Tetapi secara simbolik, pesan politik yang disampaikan ingin mengimpuls kekuatan politik perempuan yang dianggap sebagai spesies politik terkuat sejagat raya.
Perempuan kalau sudah menjatuh pilihan politiknya pada kandidat tertentu, tidak bisa lagi ditawar dengan apapun, dan bahkan berpotensi bisa mengiring pilihan politik suaminya. Sikap politik perempuan yang strong dan laten itu kemudian di strukturasi dalam bentuk tim, Wape (Wanita pejuang) namanya.
Tim Wape (Wanita pejuang), adalah squad emak-emak yang dibentuk sejak kepemimpinan Ikram Malan Sangadji, bertugas melaporkan harga cabe, tomat, timun dan jenis jualan pasar secara berkala.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar