Tauhid dan Ideologi, Hijrah Diri Menuju Revolusi Sosial

Dalam bahasa Marvin E. Oslen, pandangan dunia adalah teropong mental atau peta kognisi untuk merumuskan cara hidup ditengah masyarakat yang keberadaannya tidaklah tunggal, tidak hadir dengan sendirinya namun dipengaruhi oleh sistem keyakinan dan nilai-nilai sosial (Zainuddin Maliki, 2003).
Gamblang dari pernyataan Marvin, bahwa pandangan dunia tak dapat dipisahkan dengan epistemologi yang tersistemik sehingga membentuk apa yang disebut sebagai ideologi.
Serupa, Murthadha Mutahahari memiliki kesamaan dengan Marvin bahwa setiap ideologi pasti berlandaskan pada suatu bentuk pandangan dunia dan pandangan dunia selalu berlandaskan pada epistemologi (Murtadha Muthahari, 20021;22).
Dalam pandangan Ali Syariati, pandangan dunia adalah pemahaman seseorang akan wujud atau eksistensi. Wujud yang dimaksud adalah mencakup keberadaan Tuhan, manusia dan alam semesta (Ali Syariati, 1992;20). Dalam pandangan Ali Syariati, paling prinsip dari pandangan dunia adalah kesadaran manusia dari apa yang dihadapi baik semesta, manusia dan juga Tuhan.
Pandangan dunia yang mengkristal menjadi ideologi dalam diskursusnya melahirkan pandangan yang berbeda, ada yang beranggapan positif dikarenakan menilai ideologi dapat membebaskan namun ada juga yang negatif karena menilainya sebagai kesadaran palsu sebagaimana Karl Marx menilai ideologi yang pada prinsipnya adalah memutarbalikkan kenyataan.
Bertitik tolak dari bagaimana memahami realitas, baginya realitas sendiri dapat diubah oleh orang-orang yang berkuasa, pada titik inilah Marx memberikan definisi bahwa ideologi adalah produksi kaum borjuis yang digunakan untuk menguasai para proletar (kesadaran kelas pekerja merupakan bentukan kelas borjuis) (Asran Salam, 2020;39).
Selaras dengan Marx, Louis Althusser tegas mengatakan ideologi adalah buatan kelas borjuis yang dimaksudkan untuk menguasai kelas proletar. Bagainya ideologi adalah imajinasi yang diciptakan oleh kekuasaan negara, menjadi representasi membangun relasi semu antara negara dan rakyat.
Negara sebagai produsen ideologi yang menopang eksploitasi terhadap rakyat, bagi Althusser perlu dilengkapi dengan Ideological State Apparatuses (ISA) berupa institusi keagamaan, sekolah, kekuarga, organisasi dan media massa serta Repressive State Apparatuses berupa paksaan aparat negara seperti TNI dan Polisi sebagai instrumen juga cara kerjanya (Bagus Takwin, 2003;68).
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar