Tuhan Menari dalam Kekuasaan Sebuah Aforisme Kehendak

Sahib Munawar

Pasca perhitungan suara ada yang tidak senang dengan hasil quickcount sehingga mereka menduga bahwa ada indikasi kecurangan atau terlibat dalam politik uang, maka mereka ingin melakukan gugatan ke MK dan ini sudah jauh hari mereka sudah melakukan demontrasi protes ke KPU Daerah Maluku Utara di kota Ternate.

Keinginan untuk meraih kemenangan dalam kontestasi politik sampai saling hujat dan cacian yang endingnya saling menutup diri dari kepalsuan.

Memang sifat manusia tidak pernah merasa puas terhadap apa yang dimiliki dan Salahkah jika ada orang siapa pun dia apakah aparatur birokrat, pengusaha, menteri presiden dll berkeinginan untuk mengejar kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan yang telah dimiliki? Tentu tidak.

Sah sah saja siapa pun berusaha mengejar kekuasaan sepanjang hal itu dilakukan berdasar pada prosedur dan hukum yang berlaku.

Cuma, yang menjadi masalah ketika seseorang berusaha merebut kekuasaan dalam kontestasi yang dinilai mencederai etika demokrasi, maka jangan kaget yang muncul adalah pergunjingan dan bahkan kecaman hingga caci maki.

Dalam politik Tuhan pun diajak atau dipaksa untuk kepentingan manusia memberikan satu konsekuensi teologis yang serius: pertanyaan tentang Kemahakuasaan Tuhan. Kita tahu bahwa teologi agama agama hampir seluruhnya menekankan aspek imanensi dan transendensi Tuhan.

Tuhan Maha Kuasa yang transenden salah satunya memiliki karakter misteri dan adikodrati bahwa segala kehendak dan langkahnya tidak terselami  tidak diprediksi tidak dapat dikuasai dan tidak dapat diarahkan adalah sebuah sinisisme mengarahkan Tuhan untuk mendukung pilihan politik adalah sebentuk gugatan terhadap Kemahakuasaan Tuhan.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5

Komentar

Loading...