Tuhan Menari dalam Kekuasaan Sebuah Aforisme Kehendak

Pengkultusan terhadap kekuasaan yang sifatnya relatif itu sehingga mereka seakan membunuh Tuhan yang absolut, kehendak akan kekuasaan terlalu melampaui batas kehendak Tuhan adalah sebuah anomali.
Mereka yang menghendaki kekuasaan akan mengalami kehancuran total karena pondasi kebohongan dan kerakusan sebuah tahta di istana negara yang sering disebut Parlemen karna ada korupsi,nista dan dusta atas nama sebuah jabatan, mereka lupa bahwa jabatan adalah sebuah titipan yang akan dikembalikan pada waktunya.
Sebuah absurditas nyanyian keabadian, janji politik busuk kepada masyarakat pada saat kampanye yang telah dikorbankan, masyarakat seolah boneka yang dipermainkan oleh para elite politik,Tuhan pun dibawa bawa dalam kampanye, oh hilangnya identitas dan ekstensi Tuhan sebagai esensi absolutely menjadi ilusi yang nihil.
Bukan rahasia bahwa branding cita rasa religius dapat mengonstruksi citra seorang politisi sebagai sosok yang bersih, jujur, dan penuh pelayanan.
Indikatornya adalah seorang politisi harus dekat dengan pemuka agama, hadir dalam kegiatan kegiatan agama, rajin mengunjungi tempat tempat keagamaan ataupun memberikan sumbangan finansial untuk kegiatan (pelayanan) keagamaan.
Kini, debat program berubah menjadi debat keagamaan dan itu sudah biasa dalam dunia persilatan atau sebut saja dunia politik , sebuah tipu muslihat yang endingnya hanya kebohongan semu atau bahasa Nietzsche adalah Nihilis, awalnya janji manis, iming-iming Surgawi padahal ketika dibuka Topeng nya ternyata hanyalah monster yang mengerikan.
Agama menjadi jualan yang cantik dalam politik, beragam tafsiran telah dibuat atas kalimat itu pada politik (keagamaan) telah memasuki babak baru.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar