Pilkada Antara Rahmat dan Musibah

Jika dilakukan, analisis terhadap dinamika politik pilkada, yang sedang berlangsung seperti ada kekuatan tertentu dibalik ini semua dan kekuatan ini memiliki daya rusak luar biasa, Pahami betul kekuatan ini agar mengetahui yang tersembunyi dibalik yang tak terlihat.
Sikap dan perilaku pemuka pendapat mengundang kemarahan publik, sejumlah pihak mendesak mundur ketua dan fungsionaris MUI, sebagai bentuk pertanggungjawaban moral kepada umat Islam (public).
Kemurkaan public akibat adanya pertemuan MUI dengan calon tertentu, sehingga citra MUI berada pada titik terendah. MUI dan lembaga adat pun diduga telah tersusupi anasir-anasir jahat. Belajarlah dari sejarah bagaimana upaya sekularisasi Islam, yang dilakukan pada masa penjajahan.
Bahkan ada ungkapan “Kalian tak mungkin melawan pribumi (penduduk asli,) dengan senjata, tapi kalian bisa mengalahkan mereka dengan strategi adu dumba, seperti itulah negeri ini dikuasai, maka carilah manusia dungu dan munafik, beri dia uang pasti mau jadi kacung”.
Dalam pandangan adat pemimpin adalah imam dan imam itu laki-laki, bukan perempuan. Pemahaman adat ini sejalan dengan makna surah An Nisah ayat 34 “ Bahwa laki laki adalah pemimpin bagi kaum wanita”.
Sejatinya Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Malut melakukan kajian terhadap empat pasangan calon, Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui dari sudut pandang maslahat dan mudarat (baik dan buruk) bila, kelak berkuasa.
Berdasarkan kajian itulah MUI mengeluarkan pandangan keagamaan terhadap pasangan calon sekaligus memandu umat memilih pasangan calon Gubermur dan Wakil Gubernur yang dianggap tepat.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar