Oleh: Abd. Rahmatullah Rorano S. Abubakar
(Ketua Gen Muda Bela Malut)
Mendiang Benny Laos (BL) yang menjadi satu kutub kekuatan politik di Maluku Utara mengalami nasib yang menyayat hati.
Betapa tidak, tragedi nahas yang menimpa BL bersama tim dalam lawatan kampanye di Pulau Taliabu, Sabtu 12 Oktober 2024 itu, menyebabkan setidaknya 6 (enam) orang meninggal dunia termasuk mendiang BL dari total 33 (tiga puluh tiga) orang yang menjadi korban kecelakaan tersebut.
Sungguh menyisakan duka yang mendalam bukan hanya di lingkaran keluarganya tetapi juga seluruh tim pemenangan dan masyarakat Maluku Utara pada umumnya.
Sosok BL yang begitu bersahaja dan peduli terhadap sesama, khususnya masyarakat Maluku Utara, tentu menjadi dasar atau alasan mengapa masyarakat Maluku Utara menginginkannya memimpin dan menjadi Gubernur di Maluku Utara.
Visi pembangunan yang berkelanjutan dengan tetap mengedepankan kepentingan masyarakat dan aspek lingkungan menjadi sebuah alasan mengapa sosok ini begitu diinginkan oleh masyarakat di Maluku Utara.
Kegemilangan dan juga prestasi yang membanggakan yang diraih BL sewaktu menjabat Bupati di Kabupaten Moratai adalah sebuah legitimasi bahwa sosok BL mampu mengangkat citra Maluku Utara.
Sebagai sebuah provinsi yang berkemajuan dan bahkan mampu menempatkan posisi Maluku Utara sebagai bagian dari penyangga ekonomi nasional di kawasan timur Indonesia.
Politik dan Maluku Utara yang Mempesona
“Politik adalah barang yang paling kotor, lumpur-lumpur yang kotor. Tapi, suatu saat ketika kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah!” – Soe Hok Gie (1942-1969), aktivis Orde Lama, sejarawan Indonesia.
Baca Halaman Selanjutnya..
Ungkapan Soe Hok Gie tersebut tentu masih menjadi perdebatan publik akan posisi politik dalam terminologi kekuasaan. Benar bahwa Politik adalah bagian dari eskalasi kepentingan dalam menggapai kekuasaan.
Namun, kekuasaan tersebut mestinya dibutuhkan dalam kerangka menjaga keterikatan, keteraturan dan juga persatuan demi merawat kebinekaan yang notabene merupakan sebuah keniscayaan dalam masyarakat negeri ini, wabil khusus masyarakat Moloku Kie Raha.
Maluku Utara sebagai sebuah entitas geografis yang terletak di Timur Indonesia ini ialah sebuah negeri dengan sumber daya alam (natural resources) yang melimpah.
Kegemilangan dan juga kejayaan Maluku Utara di masa lampau karena mampu mengundang bangsa-bangsa lain untuk menjalin kerjasama dengan Maluku Utara adalah bukti bahwa negeri ini seumpama seorang ‘perempuan’ yang memiliki paras jelita, aroma tubuhnya yang semerbak, daya pikat serta daya tariknya tersendiri bagi bangsa-bangsa besar dari Asia hingga Eropa ketika itu.
Pesta politik dalam konteks pilkada tahun 2024 telah memasuki masa kampanye visi misi calon kepala daerah (cakada) mulai dari tingkat Provinsi hingga Kabupaten/Kota.
Berbagai janji politik dan juga kontrak sosial terbangun sebagai sebuah legitimasi dan juga komitmen bagi para calon kepala daerah kepada masyarakat untuk membawa kesejahteraan dan juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta kemajuan bagi daerah yang kelak akan dipimpinnya jika terpilih.
Maluku Utara sebagai salah satu gelanggang politik dalam pesta demokrasi menghadirkan berbagai figur cakada dengan berbagai latar belakang serta rekam jejak (track record) -nya masing-masing dalam dunia politik.
Terkhusus pada segmentasi provinsi, kontestasi Pilgub di Maluku Utara sendiri telah menghadirkan empat pasangan figur yang memberi warna dan pendekatan tersendiri dalam upayanya masing-masing mendulang simpati publik.
Baca Halaman Selanjutnya..
Mengingat Maluku Utara yang masuk dalam kategori zona merah (red zone), maka pesta demokrasi di wilayah ini mendapat perhatian serius. Isu primordialisme yang masih mewarnai dinamika politik di Maluku Utara bukan tidak merupakan satu di antara alasan yang mendasar mengapa wilayah ini mendapatkan kategori tersebut.
Hal ini oleh sebagian kalangan cenderung masih menganggapnya sebagai sebuah kewajaran, mengingat wilayah Maluku Utara ini terdiri dari banyak pulau atau merupakan wilayah kepulauan yang turut membentuk karakteristik atau watak berpikir masyarakatnya.
Atau dengan lain perkataan, boleh jadi, model budaya politik parokial masih begitu melekat sebagai praksis dan identitas politik itu sendiri di masyarakat Maluku Utara.
Namun, hal itu mestinya bukanlah sebuah legitimasi atau justifikasi bahwa Maluku Utara tidak mampu menghadirkan nuansa pilkada yang damai, sejuk dan berkeadilan.
Tersebab, perbedaan dalam menentukan sikap politik bukanlah sebuah alasan yang fundamental untuk melegalkan praktik-praktik kekerasan atau pertikaian dalam pesta demokrasi di Maluku Utara.
Di balik ‘Awan Hitam’ Politik pada Langit Maluku Utara
Tragedi nahas yang menimpan calon gubernur Benny Laos kemarin laksana sebuah warning tersendiri di tengah panasnya tensi politik di Maluku Utara.
Terlepas dari apakah ini merupakan sebuah bentuk “by design” ataukah murni sebagai sebuah kecelakan yang disebabkan human error (?),
Kejadian tersebut menjadikan masyarakat bertanya-tanya dan menginginkan agar tragedi nahas itu diusut tuntas oleh aparat penegak hukum demi menjaga suasana Maluku Utara agar tetap kondusif.
Baca Halaman Selanjutnya..
Bahkan eskalasi dan peta politik di Maluku Utara terpengaruh dengan kejadian nahas yang menimpa sang ‘martir politik’ Malut (baca: Benny Laos) bersama timnya itu.
Dengan membaca situasi politik Maluku Utara yang terus dinamis dan berkembang pasca tragedi tersebut, tim pemenangan yang terdiri dari Partai Politik hingga simpatisan dengan cermat mengatur strategi baru dan mencari sosok pengganti BL.
Percepatan langkah strategi ini sangat dimungkinkan mengingat tahapan Pilkada sedang berjalan dan tidak lama lagi, sementara masyarakat akan menentukan sikapnya di bilik-bilik suara.
Di tengah dinamika transisi tersebut, percepatan langkah yang dilakukan tim pemenangan, meskipun sebagian besar masyarakat Maluku Utara masih dalam suasana berduka yang saya ibaratkan seperti langit Maluku Utara sedang diselimuti ‘awan gelap’ politik itu, pasca martirnya Benny Laos.
Membuahkan satu keputusan kolektif yang maha urgen, yakni dengan menentukan Sherly Tjoanda (ST) sang istri mendiang BL, sebagai kandidat calon gubernur (cagub) Maluku Utara menggantikan sang suami tercinta.
Gerak cepat yang dilakukan tim pemenangan pasca berpulanyanya Benny Laos tampak dengan kesepakatan bersama koalisi ‘Malut Bangkit’ untuk mengusung istri mendiang BL dalam Pilgub Maluku Utara.
Sosok ST dalam hal ini, tentu dianggap layak serta memenuhi syarat untuk menggantikan dan melanjutkan gagasan sang suami tercintanya itu. ST sendiri merupakan sosok yang senantiasa menemani BL dalam nyaris semua aktivitas politik di Maluku Utara.
Spirit yang dimiliki oleh sang suami yang tertuang dalam visi-misi calon gubernur Maluku Utara diyakini mengalir pada diri ST.
Baca Halaman Selanjutnya..
Sosok ST sendiri dalam konteks ini, dapat dicermati menjadi sosok sentral yang mampu meresapi sekaligus merepresentasi spirit (ide dan gerakan) politik sang suami (Benny Laos).
Dalam mewujudkan cita-cita pembangunan di Maluku Utara. Hadir ST sebagai “pemain pengganti” dalam gelanggang politik di Maluku Utara juga menjadi sebuah petanda bahwa nuansa atau corak feodalisme, primordialisme, sektarianisme atau bahkan banga-banga-isme dalam konsepsi kepemimpinan di Maluku Utara perlahan mulai direduksi.
Sehingga wajah politik Maluku Utara pun berangsur cerah merona, atau meminjam istilah tren belakangan ini: makin ‘glowing’, dari noda-noda politik tersebut.
Berlandaskan spirit juang sang suami, kemunculan ST sebagai salah satu calon gubernur Maluku Utara yang didampingi Sarbin Sehe (SS).
Seorang yang mumpuni dalam bidangnya sebagai birokrat pemerintahan sekaligus ruhaniawan itu, maka perayaan pesta demokrasi di Maluku Utara kali ini kemungkinan akan berlangsung semarak dan kompetitif.
ST dalam hal ini, harus diakui sebagai sebuah antitesis dari ketiga kandidat gubernur dan wakil gubernur lainnya yang semuanya adalah laki-laki. Situasi ini diharapkan akan memberi peluang yang baik bagi upaya ST dan tim untuk merebut kemenangan pada momentum 27 November 2024 besok di Maluku Utara.
Sebab, boleh jadi, kemenangan itu pula yang diharapkan oleh semua lapisan masyarakat Maluku Utara saat ini yang sedang menanti perubahan dan kebangkitan Maluku Utara sebagai poros pembangunan ekonomi Indonesia di kawasan timur Indonesia.
Sebuah harapan yang selalu bersemayam dalam spirit dan cita-cita mendiang Benny Laos dalam ikhtiarnya sepanjang hidup hingga berpulang (sebagai seorang ‘martir politik’) demi membangun negeri yang sangat ia cintai ini. Sekian!. (*)
Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Rabu, 22 Oktober 2024
Link Koran Digital: https://www.malutpostkorandigital.com/2024/10/selasa-22-oktober-2024.html