Gig Economy: Masa Depan atau Sumber Ketidakpastian Ekonomi

Dedi Supriadi

Tantangan seperti ketidakpastian pendapatan, perlindungan sosial yang minim, peluang eksploitasi, dan turunnya kualitas sumber daya manusia Indonesia menjadikan fleksibilitas yang ditawarkan gig economy menjadi khayali.

Pendapatan para pekerja gig economy akan sangat berfluktuasi bergantung pada permintaan konsumen. Bonus dan insentif yang diberikan oleh platform digital akan ditentukan oleh seberapa keras upaya pekerja gig economy memenuhi permintaan konsumen.

Semakin keras usahanya maka akan semakin tinggi pula pendapatan yang dihasilkan demikian juga sebaliknya. Fluktuasi penghasilan ini menyebabkan para pekerja gig economy kesulitan membuat perencanaan keuangan jangka panjang dan memenuhi kebutuhan keluarga di masa depan.

Tantangan berikutnya adalah para pekerja tidak mendapatkan perlindungan sosial. Merujuk data dari theconversation.com, pada akhir tahun 2023, dari 80,24 juta orang yang bekerja pada ekosistem gig economy hanya 8% yang memiliki jaminan sosial pada BPJS Ketenagakerjaan.

Rendahnya persentase tersebut menurut theconversation.com disebabkan oleh regulasi dan data pekerja gig economy yang masih minim, penghasilan yang tidak stabil dan mencukupi untuk membayar iuran, literasi yang masih rendah, mobilitas pekerja yang tinggi, dan kurangnya sosialisasi terkait jaminan sosial.

Ketiadaan jaminan sosial membuat posisi para pekerja gig economy menjadi semakin rentan, terlebih lagi ketika kehilangan pekerjaan.

Menurut gigpedia.com, beberapa platform aplikasi utama telah menurunkan insentif, bonus, dan tarif per kilometer secara bertahap sehingga membuat para pekerja pada platform tersebut harus bekerja lebih keras lagi agar memperoleh penghasilan yang cukup untuk membiayai kebutuhan secara layak.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6

Komentar

Loading...