Menakar Etika Politik Para Kontestan

Maka dari itu, saya ingin mengajak pembaca agar menjadi pemilih yang cerdas dan sama-sama memberantas politik uang dan politik identitas yang mengancam tubuh demokrasi kita.
Praktik ini sudah tertanam dalam dan menjadi landasan siapa yang boleh dipilih dan siapa yang tidak boleh dipilih. Nominal serangan fajar per-kepala akan menjadi pertimbangan pada pilihan, ia karena gaya berpolitik para kontestan saat ini sedemikian.
Praktek money politik atau politik uang menjadi masalah dan tantangan sendiri dalam proses pilkada di Maluku Utara. Praktik ini melemahkan kualitas demokrasi dan mengancam kredibilitas pemilu lokal di masa depan.
Praktek ini menggerogoti hakikat demokrasi yang harus didasarkan pada landasan, visi dan kualitas kepemimpinan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi korupsi Pilkada serentak pada bulan November 2024.
Hal ini perlu mendapat perhatian serius agar Pilkada yang disebut-sebut merupakan ajang menyuarakan keinginan rakyat, tidak disesatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan tidak terdistorsi oleh pengaruh finansial.
Etika ber-Politik
Pada bagian ini penulis akan sedikit menjelaskan bagaimana berpolitik dengan sehat. Didasari dengan cerita diatas, bahwa ambisi yang tak berdasar moral dan intelektual akan memperburuk keadaan bukan menyelamatkan seperti yang tertulis di baliho milik kontestan.
***
Etika mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia, tidak hanya sebagai warga negara terhadap penguasa, namun juga terhadap hukum yang berlaku.
Etika politik mengharuskan kekuasaan dijalankan dengan cara yang adil, diberdayakan melalui demokrasi, dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dasar.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar