Menakar Etika Politik Para Kontestan

“Bagi saya siapapun pemenangnya, yang harus diperhatikan adalah pentingnya para kepala daerah itu punya legitimasi moral”, kenapa?
Kemunculan figur calon pilkada 2024, para partai politik terlihat jelas efek jeranya.
Pemilihan kepala daerah tinggal hitungan bulan, pesta demokrasi tingkat lokal ini sudah memanas jauh sebelum masa pendaftaran kandidat bupati, walikota ataupun gubernur dan telah berakhir pada Agustus kemarin.
Sejumlah bakal calon sudah mencuri start dengan bermanuver menggalang simpati rakyat dengan dukungan partai politik dan relawan.
Padahal belum selasai ingar pemilihan umum pada 14 Februari lalu, kini kita dipaksa untuk siaga menjemput pilkada November nanti. Pesta demokrasi yang diagendakan negara di tahun yang sama, menampakkan wajah-wajah dan gaya baru sebagai bakal calon kepala daerah.
Maluku Utara dengan empat kontestan sebagai calon kepala daerahnya. Mencoba mencari simpati rakyat dengan gaya berpolitinya masing-masing.
Anehnya, ketika para kontestan menyatakan sikap sebagai bakal calon kepala daerah. Kini dengan nyata memperalat falsafah dan memainkan politik identitas.
Sebagai daya jual dan dijadikan sebagai alat politik, dan ini mejadi langkah paling cerdas (buat mereka) untuk menggalang simpati masyarakat.
Acap kali tak memperhatikan kualitas moral dan intelektualitasnya sehingga program-program yang dijalankan lebih pada kepentingan pribadi. Jadilah kemudian, rakyat hanya menjadi penonton, lalu memperpanjang antrian sebagai pelamar.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar