Site icon MalutPost.com

Kausalitas Perundungan

Oleh: Syarif Abdullah, S.Pd,.M.Pd
(Guru SDN 39 Kota Ternate)

Membaca berita yang di muat Malut Post, edisi 14 September 2024 dengan headline halaman depan “Siswa SD Meninggal Diduga Korban Bullying”.

Menjadi tamparan keras dalam dunia pendidikan. Kejadian ini secara sadar mengirimkan pesan kepada kita untuk sejenak berkontemplasi apakah ada yang salah dengan sistem yang saat ini di jalankan.

Pergantian kurikulum setia menghampiri untuk membawa misi kebaikan dalam pelaksanaan pendidikan. Muaranya bagaimana menghasilkan siswa yang berprestasi dan memiliki akhlakul karimah yang baik.

Kita tidak mungkin menyalahkan sistem tetapi kita juga tentu tidak mungkin bergerak tanpa sistem sebagai penopang. Sistem sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi.

Dalam sistem, terdapat hubungan dan interaksi antara elemen-elemen tersebut yang membentuk suatu pola kerja yang teratur dan terorganisir untuk tiba pada satu harapan bersama.

Aktor yang melaksanakan sistem dalam pendidikan bisa kita tahu bersama, ada kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, dan masyarakat. Komponen-komponen tersebut merupakan kesatuan integral yang saling membutuhkan karena memiliki keterkaitan untuk saling melengkapi.

Komponen tersebut harus mampu membangun pola hubungan yang kuat sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan yang sedang berjalan bisa terkontrol dengan baik.

Baca Halaman Selanjutnya..

Jika komponen tersebut tidak maksimal memainkan perannya maka nilai-nilai yang seharusnya dimiliki justru akan tereduksi maknanya.

Kasus perundungan bukan baru pertama kali terjadi, kasus seperti ini kerap terjadi dalam dunia pendidikan. Butuh kedisiplinan dan keseriusan yang kuat sehingga kejadian seperti ini tidak lagi terjadi dalam dunia pendidikan.

Jika ditelusuri secara fundamental dapat kita temukan ada lebih dari satu faktor penyebab yang menyebabkan kasus perundungan sering terjadi.

Tetapi yang akan diuraikan dalam tulisan ini lebih mengarah pada konteks pengaruh lingkungan sosial. Faktor yang paling dominan untuk saat ini sesuai dengan perkembangan zaman.

Semakin berkembangnya teknologi dan penetrasi media sosial dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan sosial di luar sekolah memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku dan interaksi sosial anak-anak.

Pengaruh negatif dari media sosial dan keluarga dapat memperkuat perilaku perundungan di sekolah, sehingga penting untuk memperhatikan dan mengatasi pengaruh lingkungan sosial ini dalam upaya mencegah kasus perundungan.

Dalam Teori Ekologi Sosial oleh Urie Bronfenbrenner dalam bukunya “The Ecology of Human Development: Experiments by Nature and Design” (1979).

Baca Halaman Selanjutnya..

Bronfenbrenner menjelaskan bagaimana lingkungan sosial mempengaruhi perkembangan individu dari perspektif ekologi. Bronfenbrenner mendeskripsikan bahwa individu berada dalam lingkungan yang terdiri dari beberapa lapisan yang saling berinteraksi.

Lapisan-lapisan tersebut meliputi mikrosistem (lingkungan langsung individu seperti keluarga dan sekolah), mesosistem (interaksi antara mikrosistem), eksosistem (lingkungan tidak langsung yang memengaruhi individu), dan makrosistem (nilai, norma, dan budaya masyarakat).

Dalam konteks perundungan di sekolah, lingkungan sosial di luar sekolah seperti media sosial dan keluarga dapat dianggap sebagai bagian dari eksosistem dan makrosistem.

Media sosial dapat memberikan platform bagi anak-anak untuk berinteraksi dan terpapar pada konten yang mungkin mempengaruhi perilaku mereka, sementara keluarga sebagai lingkungan terdekat juga memiliki peran penting dalam membentuk nilai dan norma yang diterapkan oleh anak-anak.

Dengan demikian, Teori Ekologi Sosial Bronfenbrenner mendukung pandangan bahwa lingkungan sosial di luar sekolah, seperti media sosial dan keluarga, memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk perilaku perundungan di sekolah.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan dan mengatasi faktor-faktor lingkungan sosial ini dalam upaya pencegahan perundungan di sekolah.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perundungan ini lebih memaksimalkan peran pihak sekolah dan keluarga (orang tua) terhadap anak-anak.

Baca Halaman Selanjutnya..

Pola hubungan yang sehat kedua elemen ini sangat diperlukan sebab memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.

Sekolah dapat menyelenggarakan program kesadaran tentang perundungan, termasuk dampak negatifnya dan cara mengatasi masalah tersebut. Selain itu juga dapat menerapkan kebijakan anti-perundungan yang jelas dan memberlakukan sanksi bagi pelaku perundungan.

Terlpeas dari itu juga dapat melakukan pengawasan dalam interaksi antar siswa secara aktif dan memberikan intervensi segera jika terjadi kasus perundungan. Pemberlakuan seperti ini harus dilakukan secara konsisten dan serius.

Sementara pihak keluarga (orang tua) bagaimana mampu membangun komunikasi terbuka dengan anak-anak. Hal ini dilakukan untuk memahami masalah yang mereka hadapi di sekolah dan di lingkungan sosial lainnya.

Mengajarkan nilai-nilai positif seperti empati, toleransi, dan menghormati orang lain kepada anak-anak merupakan hal yang tidak kalah penting.

Memantau dan mengontrol penggunaan media sosial anak-anak untuk memastikan mereka tidak terpapar pada konten yang berpotensi merugikan. Sekali lagi lebih penting dari semua teori yang dipelajari adalah bagaimana mampu bergerak pada tataran aktualisasi.

Sebab semua yang dipelajari tidak akan bermakna apa-apa jika tidak mampu di aplikasikan. Pengaplikasian perlu diberlakukan secara terukur, tepat sasaran, konsisten, dan serius. Semoga..(*)

Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Selasa, 17 September 2024
Link Koran Digital: https://www.malutpostkorandigital.com/2024/09/selasa-17-september-2024.html

Exit mobile version