Menyimak Wajah-Wajah Manusia di Pentas Sejarah

Sungguh dua wajah yang sangat kontras mewarnai sejarah peradaban ummat manusia. Wajah lain(ketiga) adalah wajah para Nabi dan Rasul. Meskipun tempat tinggal dan kehadirannya kerap kali berlainan kurun dan abad, tetapi dengan segala perbedaan percakapan serta gaya para Nabi dan Rasul, lebih mirip satu dengan lainnya.
Roman muka manusia pilihan ini selalu tampak akrab dan bersahabat. Perilakunya terlihat kesetiaan kepada kebenaran dan keikhlasan. Setiap orang sampai pada puncak sejarah kemanusiaan selalu saja didapati massa manusia, kapan dan dimana saja mengikuti dengan setia wajah-wajah sederhana yang mengusik kalbu ini.
Masyarakat awam dan ummiyun dengan penuh cinta kasih, ikhlas dan setia melekatkan pandangannya pada wajah-wajah yang agung penuh cahaya misterius, tidak gentar mengorbankan dirinya demi kesejahteraan dan kedamaian dunia manusia disekitarnya.
Hidupnya bersama masyarakat awam berkomunikasi dengan bahasa yang lancar tanpa ada kesenjangan sedikitpun. Wajah para Nabi dan Rasul berbeda dengan Filosof, yang kerap kali hidup ditengah massa manusia, akan tetapi massa tidak merasa tersentuh dan tidak mengalami perubahan.Bahkan rakyat yang tertindas oleh kekuasaan, kemelaratan pun tidak berubah.
Sedangkan keberadaan para Nabi, dimanapun selalu melakukan ‘Islah” wa “tajdid” (perubahan dan perbaikan). Dari lukisan natural ketiga wajah dari pentas sejarah kehidupan umat manusia, sebagaimana tersebut di atas.
Setidaknya telah menyuguhkan suatu isyarat yang mendasar, baik bagi yang berkuasa maupun masyarakat awam, para cerdik pandai (kaum intelektual), generasi pendahulu (tua) mapun generasi mendatang (pemuda) dalam keseluruhan ikhtiar menghadirkan pemimpin yang amanah pada pilkada serentak Maluku Utara November 2024.
Bergabung dan berbaris dengan wajah manakah manusia Maluku Utara mesti hadir atau dihadirkan? Jika dengan wajah kaisar kita hadir atau dihadirkan, maka ketahuilah bahwa segala pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki hanya akan dipergunakan untuk mengejar kekuasaan dan kemewahan hidup belaka, prinsip menghalalkan segala cara demi tujuan akan begitu membudaya.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar